Jaman dulu
awal-awal ke Makassar, saya sudah pernah ke Malino, daerah pegunungan seperti
Puncak di Bogor. Berbeda dengan daerah Puncak yang dikelilingi beberapa gunung
kalau di Malino hanya ada satu gunung saja yaitu Gunung Bawakaraeng.
Mayoritas
penduduk Makassar kalau naik gunung ke gunung Bawakaraeng dan untuk tetirah di udara pegunungan ke Malino, karena hanya ini tempat terdekat dari
kota Makassar.
Menjelang tahun
baru kami sekeluarga sudah merencanakan untuk liburan ke Malino. Seminggu sebelumnya
saya ber 3 dengan misua dan adik ipar pergi survey kesana dan berhasil
mendapatkan beberapa tempat yang lumayan ok untuk tempat menginap. Karena yang
ikut cukup banyak, villa juga harus yang besar dengan tempat yang bagus dan
harga reasonable.
Setelah
mengunjungi beberapa Hotel dan Vila sampai berbelok ke jalan kecil akhirnya
kami sudah ada gambaran beberapa tempat yang cukup bagus.
Perjalanan ke
Malino dari Makassar memakan waktu sekitar 2 jam melewati jalan biasa yang naik
turun. Tidak ada tol di sini jadi dari awal lewat jalan biasa yang sudah bagus.
Setengah perjalanan kami melewati tulisandi tembok pinggir jalan “Malino 1927”,
yang merupakan peninggalan dari Gubernur
Jenderal Caron pada tahun 1927 yang memerintah di "Celebes en
Onderhoorigheden", dan menjadikan Malino pada tahun 1927 sebagai tempat
peristirahatan.
Udara sejuk dan segar segera
menggantikan cuaca Makassar yang panas. Pemandangan hijaunya sawah memanjakan mata. Kami juga melewati hutan pinus dan penjual sayur dan
buah-buahan dalam perjalanan menuju Vila.
Dalam perjalanan pulang dari
survey, kami mampir di kedai es cendol 88 yang terkenal di Malino serta makan
jagung bakar khas Malino dengan bulir-bulir jagungnya yang berwarna kuning muda
tetapi empuk dan legit. Cendol di Malino ini terbuat dari tepung beras sehingga
lebih lembut dan diberi sedikit ketan hitam. Hmm... enak sekali rasanya... di
minum di udara yang sejuk.
Dalam perjalanan pulang kami
juga melewati penjual makanan khas Makassar yang menjual Gogos, semacam lemper
tanpa isi. Selain terbuat dari ketan putih, Gogos juga dibuat dari ketan hitam.
Uniknya, selain dimakan begitu saja, penduduk setempat menikmati Gogos dengan
telur asin dan sambal. Duh, enak banget, secara kami makannya langsung setelah
dibakar sehingga masih hangat.
Akhirnya, hari H liburan
tiba juga.. yeayy... setelah melalui perdebatan yang seru kami memilih villa
Reunion yang beralamat di Kampung Parang Bugisi, Kelurahan Bulutana Malino
Kecamatan Tinggimoncong, Bulutana, Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi
Selatan 92174. Untuk lokasi tepatnya bisa dicari di Google Map.
Alasan kami memilih Villa
ini karena ada dua villa berdekatan yang mempunyai conecting door dan bisa
memuat banyak orang karena ada 3 kamar yang bisa memuat 18 orang sekaligus.
Serta ada fasilitas karaoke dan TV.
Harganya juga masih wajar dan masuk dalam budget. Mereka juga bisa
menyediakan makan pagi, siang dan malam tergantung orderan per paket. Bisa juga
menyediakan teh dan kudapan.
Pada hari H keberangkatan
udara cerah, sekitar pukul 2 siang kami dengan mengendarai 3 mobil sampai di
Villa. Wah, pemandangan di Villanya cantik dengan hamparan sawah dan birunya
pegunungan di kejauhan. Di dalam ruangan Vila juga ada tempat duduk gantung yang
bisa dipakai untuk duduk santai dan di luarnya juga ada teras dengan dua tempat
duduk untuk nongkrong. Di halaman dekat pematang sawah ada bangunan kecil
dengan tempat duduk untuk leyeh-leyeh. Pokoknya villa ini top banget.
Setelah istirahat beberapa
dari kami dan anak-anak mulai melakukan penjelajahan di sekitar Villa. Kami
sempat melihat ada papan petunjuk menuju air terjun, sehingga memutuskan untuk
pergi kesana. Setelah bertanya kepada penduduk dan berjalan kaki sejauh sekitar
2 km kami sampai juga di air terjun tersebut. Air Terjun Parang Bugisi namanya.
Perjalanan menuju kesana
melewati rangkaian pemandangan khas pegunungan dan jalanan berbatu naik turun
yang cukup lumayan. Berbatu-batu dan agak licin. Untung anak-anak semangat sekali sehingga semuanya bisa
sampai dengan selamat.
Air terjunnya tidak terlalu
tinggi tetapi airnya cukup deras. Karena deras, kami tidak bisa mandi dekat air
terjun, cukup mandi di aliran sungainya saja dan duduk di batu-batunya sambil
foto-foto dan main air. Hujan rintik-rintik dan hari yang sudah menjelang sore
memaksa kami harus bubar dan kembali menuju Villa.
Sampai di Villa, sudah
tersedia kudapan sore berupa teh kopi dan pisang goreng. Sungguh nikmat rasanya
setelah mandi dan segar kembali, isi perut sambil melihat pemandangan.
Setelah makan malam yang tidak
kalah nikmatnya karena udara semakin dingin, kami melanjutkan acara dengan
karaoke bersama dan lanjut lagi dengan makan suki yang dibawa dari Makassar
oleh Kak Eha. Sampai penuh rasanya perut ini tapi enak rasanya karena bisa
tidur dengan nyenyak dengan perut kenyang.
Pagi harinya bersama
rombongan yang kemarin, kami jalan pagi lagi menuju air terjun yang lain,
yaitu air terjun Puang Bola. Mestinya tidak terlalu jauh tetapi kami salah
jalan karena ada bekas longsoran tanah yang menyebabkan kami menjadi bingung.
Jalan yang kami tempuh ini harus melewati jembatan bambu yang cukup seram
karena bergoyang-goyang. Tapi seruuu...
Setelah bertemu ibu penduduk
setempat yang lewat karena hendak ke pasar dan diberitahu kalau salah jalan,
kami kembali ke Villa untuk mandi. Setelah itu anak-anak bermain ATV di halaman
sambil menunggu waktu pulang. Ini juga seru karena saya sempat dibonceng Raiyan..
hehe..
Setelah puas bermain, kami semua
makan siang dahulu baru pulang ke Makassar. Hujan deras mengiringi kepulangan
kami dan sempat mampir ke pasar Malino untuk membeli oleh-oleh. Dodol khas
Malino dan sirup Markisa.
No comments:
Post a Comment