Ketika ada
rencana ke Madiun untuk menghadiri pernikahan Tia, saudara sepupu di Madiun,
saya segera mencari info mengenai acara lari-lari di kota tersebut melalui grup
Indorunners. Grup lari ini memang mempunyai cabang di setiap kota di Indonesia.
Jadi kalau misalnya suka lari-lari dan sedang berada di suatu kota, bisa
mencari infonya di grup Facebook Indorunners.
Saya mendapat
jawaban dari mas Yudi IR Madiun, dan mendapat info jika pada tanggal tersebut ada
race lari di Madiun dalam rangka perayaan Anniversary AERun yang ke 1 pada
tanggal 22 Mei 2016 dan launching Desa Wisata di daerah Griya Setapuran, Desa
Wisata Festival Gunungsari, Madiun. Nama
racenya “Lari Desa ke Desa” Jaraknya hanya sekitar 5,5 K, race yang berjenis
fun run ini gratisss, hanya membayar donasi serelanya yang akan di donasikan
untuk kegiatan amal. Tapi walaupun gratis sponsornya cukup lumayan, diantaranya
adalah Pocari Sweat, Mie Sedap dan Top Coffee.
Penjelasan yang saya baca di grup sih
rutenya cukup seru walaupun hanya 5,5 K karena akan melalui jalur
lari khas pedesaan Madiun, melewati jalan tanah, pematang sawah, aspal,
paving dan bantaran kali Madiun dengan udara pagi yang sejuk dan pemandangan
hijau dan melalui 3 desa: Gunungsari, Bagi dan Tiron.
Acara kawinan Tia pada
hari sabtu berjalan dengan lancar. Malah saya sempat lari pagi dulu di
Lapangan Gulun yang lokasinya tepat di depan penginapan. Lapangan Gulun adalah
lapangan sepak bola yang disekelilingnya terdapat area jogging track. Sehari
sebelumnya, sewaktu saya pertama kali datang memang ramai sekali orang-orang
yang berolahraga di sana. Asyik juga sih bisa dapet penginapan yang strategis,
dekat dengan lokasi lari-larian.
Lapangan Gulun |
Hari Minggu subuh saya sudah dijemput
oleh panitia Race. Karena saya tidak tau jalan menuju lokasi race yang agak diluar kota Madiun, saya sekalian nebeng panitia menuju ke
lokasi acara. Desa Gunungsari ini ternyata terletak di jalan ke arah Ngawi,
melewati pabrik gula yang cukup besar. Pabrik gula tersebut masih berdiri dengan kokoh dan terlihat masih beroperasi. Ketika saya cari infonya di google,
pabrik gula ini adalah PG Soedhono dan sudah berdiri sejak tahun 1888.
Lokasi start terletak di jalan pedesaan
yang asri. Gerbang start finish yang sederhana sudah berdiri dengan kokoh.
Suasana masih sepi hanya ada beberapa peserta yang sudah datang. Tampak panitia
dari Pocari Sweat yang sibuk menyiapkan booth water station untuk para peserta
race.
Saya duduk-duduk sambil melihat-lihat
kesibukan tersebut dan satu persatu para peserta mulai datang dan langsung
registrasi ulang sambil memberikan donasi. Untuk medali peraturannya cukup
unik, bukan berdasarkan waktu tapi berdasarkan no pendaftaran. Jadi untuk 50
pendaftar pertama saja yang mendapat medali dan dibedakan dari warna BIBnya. Karena
termasuk 50 pendaftar pertama saya sudah otomatis mendapat medali.
Race dimulai sekitar jam 7 pagi, agak
telat karena mungkin menunggu para peserta yang datang terlambat. Karena banyak
juga peserta yang datang dari luar kota seperti : Ponorogo, Nganjuk, Tulungagung,
Kediri, Magetan. Bisa dilihat dari kaos komunitas yang mereka pakai. Saya juga
ngobrol dengan beberapa peserta dan ternyata salah satunya adalah seorang
dokter yang masih satu almamater di Atma Jaya Jakarta. Ah, dunia memang sempit.
Rute larinya asyik, melewati jalan-jalan
desa dan pematang sawah. Saya foto-foto juga di jalan jadi larinya santai aja. Banyak
penduduk desa yang menonton dan memberi semangat kepada peserta. Seperti biasa logat
jawa mereka bikin saya senyum-senyum sendiri.
Setelah finish dan mendapat medali, para
peserta bisa menukar voucher yang sudah diberikan dengan mie sedap cup dan top
coffee. Pak dokter yang tadi ngobrol dengan saya ternyata jadi pembicara,
menceritakan pengalamannya menjadi pengumpul kilometer terbanyak pada challenge
yang diadakan oleh Endomondo. Memang hebat pak dokter Eddy, sangat menginspirasi
dengan capaian km-nya sudah sudah mendekati 1000 km.
Oh iya, selain gratis race ini juga
diramaikan dengan door prize yang cukup banyak. Mayoritas barang doorprize dari
Eiger yang menjadi sponsor acara dan ternyata
saya sedang beruntung, berhasil mendapat satu buah topi sekaligus diminta
tolong untuk mengambilkan kupon door prize serta disebut sebagai tamu dari
Jakarta. Yeeaayy.. hahahaha.. komentar mereka yang pakai bahasa jawa itu loh
yang bikin saya selalu senyum-senyum. Saya kan ngerti bahasa jawa tapi kalau
disuruh ngomong sudah nggak selancar dulu lagi.
Secara keseluruhan, race ini adalah race yang sederhana tetapi sangat
berkesan, walaupun hanya di kota kecil tetapi bisa mengadakan race yang rapi
dengan rute yang seru dan tersedianya sponsor yang cukup banyak plus masih
dapet medali pula.
No comments:
Post a Comment