Ketika membaca pengumuman tentang lomba Trail Run di Gunung Gede Pangrango (Gepang) saya tertarik untuk mendaftar. Sekalian sebagai ajang latihan untuk race Bromo Marathon bulan September. Sebagai pencinta olahraga lari dengan track record yang lumayan ..ciee.. trail di Gepang sepertinya track wajib yang tidak boleh dilewatkan. Melihat sebagian teman-teman sudah mencobanya, rasa penasaran saya untuk trail run ke gunung ini semakin besar.
Akhirnya saya mendaftar untuk jarak 21K tapi tidak langsung
membayar. Batas akhir masa pembayaran masih agak lama dan waktu tersebut saya
gunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai jalur lomba serta waktu berlangsungnya lomba dan transportasi
kesana.
Dalam lomba ini, batas cut off time (COT) untuk 21 K adalah 7 jam, jadi peserta harus
finish paling lama 7 jam jika ingin mendapatkan finisher medal. Hmm, sepertinya
berat ya.. karena saya termasuk lemah di tanjakan. Nanjak di sentul aja udah
setengah mati, ini di gunung pula dan dalam suatu perlombaan. Sudah pasti tidak bisa santai karena dikejar
waktu. Beberapa teman memberi semangat bahwa saya pasti bisa menyelesaikan
lomba, tetapi karena saya yang mengetahui kondisi saya sendiri, jika ada COT pasti tidak bisa. Kalau untuk sekedar finish pasti bisa.
Setelah membatalkan keikutsertaan saya dalam race ini, saya
mendapat info dari
teman mengenai acara trail ke Gepang untuk pengenalan medan sebelum race. Acara ini di
organisir oleh grup Sembur (Sentul Pemburu) yang merupakan salah satu grup trail
run yang sering latihan di sana. Saya juga menjadi anggota sih walaupun
freelance. Sewaktu saya daftar katanya
sih kuota sudah full tapi berkat pertolongan mbak Iin dan Pak Lexy saya
akhirnya berhasil menjadi salah satu peserta. Asyiik..
Beberapa hari sebelum acara saya diberi informasi mengenai
detail keberangkatan ke Gepang tanggal
18 April 2015, termasuk barang-barang yang wajib dibawa : hydrobag, sepatu trail, jas hujan, headlamp, sarung tangan, survival
blanket, jaket, energy bar, madu, coklat, air minum, pakaian ganti dan obat-obatan.
Semua perlengkapan telah saya bawa kecuali headlamp yang
saya ganti dengan lampu di power bank dan survival blanket, dan sarung tangan.
Bis yang telah dicarter untuk membawa kami, para peserta
yang berjumlah 32 orang akan menunggu di UKI Cawang. Menurut info panitia, bis
akan berangkat tepat pukul 3.15 pagi. Jadi semua peserta harus sudah berkumpul
sekitar jam 3 pagi.
Demi trail run Gepang, hari jumat malam saya sudah berusaha
tidur sejak jam 8 malam dengan minum pil Lelap, terbangun sebentar jam 9 malam
dan tidur lagi jam 11 dan akhirnya terbangun oleh alarm jam 1.30 pagi. Saya
janjian dengan mbak Iin di depan jalan masuk dekat rumah saya dan bersama-sama
naik taxi ke UKI Cawang. This is crazy,
bangun jam 1.30 pagi dan berangkat ke puncak demi untuk naik gunung Gede. Oh My
God. Ini lebih pagi dari pada sewaktu
saya akan race FM di Bali.
Saya membawa bekal nasi dan telur ceplok yang saya makan di
dalam bis selama menunggu para peserta lain datang. Ko Wijaya selaku panitia
telah membawakan bekal 2 botol air minum dan 2 roti serta 1 sachet madu untuk
dibawa sebagai bekal. Termasuk roti gambang Tan Ek Tjoan.
Selama perjalanan, saya melanjutkan tidur yang tertunda dan
baru bangun ketika bis memasuki daerah Taman Nasional Gede Pangrango. Jam
menunjukkan pukul 5 pagi ketika bis memasuki area parkir. Kami semua bergegas
turun dan bersiap-siap membawa hydrobag masing-masing. Sambil menunggu peserta
lain yang tidak ikut dengan bis, saya dan teman-teman berkumpul di warung untuk
minum segelas teh hangat. Lumayan untuk menghangatkan badan.
Tepat jam 6.30 briefing dilaksanakan oleh Pak Lexy selaku
koordinator dan pemanasan oleh salah satu peserta yang kebetulan instruktur di
sebuah gym. Dan jam 7 pagi, kami semua mulai bergerak menuju puncak. Peserta
yang akan mendaki puncak Pangrango berjalan lebih dulu, diikuti peserta lain.
Bersyukur banget pagi ini cuaca cerah. Karena saya tidak
membawa survival blanket yang sebenarnya item yang sangat penting untuk di
bawa. Cuaca di gunung tidak dapat diprediksi dan hujan bisa turun tiba-tiba.
Jika hujan sudah turun, suhu udara bisa drop mendadak dan jika kedinginan tubuh
bisa terkena hypothermia. Survival blanket berguna untuk membungkus badan agar
panas tubuh tetap terjaga dan kita tidak kedinginan.
Selepas pos yang berada di gerbang masuk tempat titik awal
pendakian, kami disambut oleh jalan setapak berbatu di tengah hutan lebat. Jalan berbatu berganti menjadi jembatan kayu
setelah sekitar 2 km. Walaupun tidak
terlalu curam, jalanan terus menanjak. Sehingga saya hanya bisa berjalan cepat dan
tidak bisa berlari. Jalan datar hanya sedikit sekali.
Ketika sampai di jembatan kayu, karena cuaca cerah pemandangan gunung Pangrango di kejauhan
–tampak jelas. Kami sempat foto-foto di sini, sebelum melanjutkan pendakian
lagi melalui jalur berbatu-batu yang terus menanjak. Untuk mengejar waktu saya berusaha selalu di
belakang Alia, teman saya yang sudah senior supaya bisa tetap bersama-sama,
oh iya, ber 3 bersama dengan 1 orang
teman Alia, yang bernama Ari. Ari ini perempuan. Jadi kita ber 3 bergabung
bersama, cewek-cewek. Memang disarankan
untuk bersama teman supaya bisa saling memberi semangat dan menolong jika ada
apa-apa.
Karena taman nasional GunungGede Pangrango baru dibuka bulan
Maret ini, maka hari itu jalur pendakian sangat ramai dengan para pendaki
gunung yang membawa ransel besar-besar dan berjalan beriringan. Itulah bedanya
para pendaki tersebut dengan kami, para trail runner yang hanya membawa
hydrobag (tas ransel kecil) sehingga bisa berjalan lebih cepat. Karena membawa beban yang berat, pendaki akan
berjalan lebih lama dan santai. Beberapa kali kami minta permisi supaya bisa
mendahului. Karena mereka bisa tiba-tiba berhenti untuk beristirahat dan ada
pula yang sampai tertidur di pinggir jalan.
Yang nongkrong gak jelas lebih banyak lagi sih. Hehehe.. jadi jangan membayangkan gunung Gede
itu sepi ya, yang ada kebalikannya, rame banget. Area yang paling ramai adalah
pos Kandang Badak, sudah seperti pasar.
Setelah melalui jembatan kayu,
jalur pendakian masih berupa undakan tanah yang berbatu. Di beberapa bagian
cukup curam. Sehingga saya harus berhenti dahulu beberapa saat karena jantung
saya berdetak sangat cepat. Di sini saya
akhirnya tertinggal karena kaki saya mendadak keram. Sudah hampir memanggil
teman yang lain tetapi tidak jadi karena mereka sudah terlanjur mendaki ke atas.
Kaki saya yang keram adalah kaki sebelah kanan dekat ujung jari kelingking.
Saya buka sepatu dan coba saya luruskan dan akhirnya keramnya hilang. Saya bergegas jalan lagi untuk mengejar teman-teman saya. Di tengah jalan saya akhirnya membuat minuman
pocari sweat dari pocari bubuk yang saya bawa. Sepertinya kaki saya keram
karena kurang garam, jadi minuman isotonik sangat membantu.
Tidak berapa lama saya bertemu
dengan 2 orang teman yang lain dan mereka memberi saya salt stick untuk
mencegah keram ketika saya ceritakan kalau kaki saya keram. Akhirnya kami bersama-sama meneruskan
pendakian dan saya akhirnya tertinggal lagi.
Sendirian saya meneruskan
pendakian sampai bertemu dengan air terjun. Dan setelah itu dengan jalan yang
masih terus menanjak, saya melewati pos Batu Kukus. Di sini saya tidak
menemukan teman-teman saya jadi saya lanjut terus dan bergabung bersama dua
orang pendaki gunung yang sempat
mengajak saya ngobrol. Mungkin karena dilihat saya sendirian. Bersama mereka saya melewati area air
panas. Area ini adalah lereng curam
dengan aliran air yang sangat panas sehingga kami dikelilingi asap putih yang
mengepul. Area ini dikelilingi tali
tebal yang berfungsi sebagai tempat berpegangan karena memang berbahaya sekali.
Selain airnya sangat panas, jalan yang dilalui juga sangat sempit dan berbatu.
Sehingga harus bergantian dengan arah sebaliknya. Untungnya ada penjaga yang
selalu mengawasi dan mengarahkan orang yang akan lewat.
Ketika saya menanyakan jarak
menuju puncak ke para pendaki tersebut mereka mengatakan jika masih jauh. Masih
ada Kandang Badak yang menjadi pos terakhir para pendaki beristirahat guna
menyiapkan tenaga untuk menuju puncak. Mudah-mudahan masih bisa bertemu teman-teman
disana.
Setelah air panas, pos Kandang Badak sudah tidak terlalu jauh
lagi dan finally sampai juga di sini. Lega sekali berhasil sampai di Kandang
Badak. Dan akhirnya saya menemukan teman-teman saya sedang menikmati teh hangat
di salah satu tenda penjual makanan disana. Alhamdulilah. Saya segera bergabung
dan menceritakan kalau saya sempat keram sehingga di sini kaki saya dibalur
minyak tawon dan saya juga minum teh panas serta makan coklat untuk menambah
tenaga. Sempat minum tolak angin juga untuk menghangatkan badan. Udara sudah
mulai terasa dingin karena pos Kandang Badak berada di ketinggian 2395 mdpl, saya
segera memakai jaket.
Waktu tempuh Kandang Badak –
Puncak Gede sekitar 2 jam. Jalur
pendakian mulai sulit karena lebih curam dari sebelumnya dan terdapat jalur sangat
terjal yang bernama Tanjakan Setan. Tanjakan ini berupa dinding batu yang nyaris
tegak lurus dan harus memakai tali yang tersedia untuk menaikinya. Kami memakai
jalur alternatif yang berada di sebelahnya karena tidak ingin berlama-lama. Kami mengejar waktu supaya sampai puncak
sebelum jam 12 siang, sehingga bisa segera turun dan sampai di Cibodas lagi
sebelum gelap.
Dengan langkah satu-satu karena
curamnya jalur pendakian, nafas mulai cepat tersengal karena oksigen mulai
menipis. Di sini saya berdua dengan Alia agat tertinggal dengan dua teman lain,
karena Alia agak pusing. Beberapa kali kami berhenti untuk minum madu dan makan
coklat untuk menambah tenaga. Sebagai hiburan kami juga foto-foto. Semakin ke atas pepohonan semakin jarang
sehingga langit sudah terlihat. Hal ini menjadi tanda kalau puncak sudah semakin
dekat. Beberapa kali bunyi guruh terdengar yang membuat saya was-was, takut jika
hujan turun. Jadi sambil mendaki saya terus berdoa semoga cuaca tetap cerah. Kalau hujan dan saya kedinginan, gawat juga karena saya tidak membawa survival blanket dan sarung tangan.
Beberapa kali kami bertemu dengan
pendaki yang turun dan mereka semua memberi kami semangat. Saya yang sudah
capek mendaki terus bolak balik bertanya ke pendaki yang turun, masih jauh
nggak, mas? Waktu awal pendakian sih
kalau masih jauh mereka menjawab jujur, masih jauh, mbak, semangat. ya.. Tetapi semakin ke atas jawaban yang
didapat membuat terhibur, sedikit lagi,
mbak, semangat..semangat..ayo, mbak.. Kalau menyapa dengan sebutan mbak sih seneng aja. Tapi sewaktu di
puncak, ada loh yang menyapa dengan sebutan Tante, Eh ini tante yang tadi
akhirnya sampai puncak juga. Nanti turunnya gimana, Tan? Hihihi…
Akhirnya, setelah tanjakan yang serasa tiada akhir sampai juga saya di pinggir kawah Gunung Gede. Cuaca sangat cerah, matahari bersinar terik
di tengah udara dingin puncak gunung. Lautan awan tampak seperti gula-gula
kapas mengelilingi kami. Kawah gunung Gede tampak jelas di sebelah kanan,
sedangkan kawah yang satu lagi, terletak di sebelah kiri, di tengah rimbunnya pepohonan tampak
mengeluarkan asap putih. Puncak gunung Pangrango terlihat jelas di seberang.
Amazing, akhirnya saya berhasil menaklukan Gunung Gede dan sampai di
puncaknya, 2958 m. Sesuatu yang
tampaknya mustahil saya lakukan beberapa bulan lalu, tetapi dengan tekad yang
kuat akhirnya semua bisa teratasi. 4,5 jam untuk sampai di puncak itu ternyata
cukup menjadi rekor bagi saya yang baru pertama trail run di gunung. Sebenarnya bukan trail run ya, lebih ke hiking cepat karena tidak bisa lari di jalur yang seperti ini.
gunung pangrango dilihat dari puncak G Gede |
Setelah puas foto-foto masih ada
sekitar 500 meter lagi menuju puncak yang sesungguhnya, yaitu di satu lokasi
dengan tulisan Puncak Gede. Supaya sah
kami harus foto disana. Alun-alun
Surya Kencana tampak jelas dari sini, yang menjadi lokasi favorit untuk kemping
dan tumbuhnya bunga Edelweis yang menakjubkan. Teman saya Ari ingin kesana,
tetapi saya bersama Alia memutuskan untuk langsung turun ke bawah setelah
makan. Keinginan yang besar untuk melihat Alun-alun Suryakencana harus ditahan dulu, daripada kemalaman sampai di Cibodas.
alun-alun suryakencana |
Suasana di atas gunung juga ramai,
ada beberapa pedagang yang mangkal dan menjual pop mie serta minuman. Mau minum
teh, kopi atau susu tinggal pilih saja. Jadilah kami makan pop mie dan minum teh
panas sambil menikmati pemandangan dan beristirahat meluruskan kaki.
Tak terasa 1 jam sudah berlalu, waktu istirahat telah usai, saatnya turun kembali ke
Cibodas. Jalan turun sepertinya lebih
mudah tetapi karena kondisi kami yang sudah mulai lelah, membutuhkan waktu yang
agak lama ketika akhirnya kami sampai di Kandang Badak. Karena turunan yang cukup curam
beberapa kali saya terjatuh, yang menunjukkan kalau tubuh sudah semakin lelah
dan membutuhkan kalori. Segera saya minum madu dan makan beberapa potong
coklat.
Jalur berbatu-batu |
Kandang Badak memang merupakan
titik persimpangan bagi yang ingin menuju ke Puncak Gede atau Puncak
Pangrango. Jadi tak heran kalau Kandang
Badak ramai sekali. Di sini kami bertemu
dengan Mbak IIn yang baru turun dari Puncak Pangrango.
Setelah beristirahat sejenak di
Kandang Badak sambil ngopi dan makan roti bekal kami melanjutkan perjalanan
turun yang terasa lamaaa sekali. Perjalanan turun menjadi lebih lama karena kami turun dengan sangat hati-hati, jalanan berbatu dan licin membuat kami takut terpeleset. Entah kenapa sepertinya yang lain bisa turun lebih cepat. Ketika turun saya juga merasa
heran, kok bisa ya saya tadi pagi naik sejauh ini. Kayaknya nggak masuk akal
kalau dilihat jalan yang kami lalui ketika turun. Saya bisa terus menanjak tanpa berhenti. Dalam perjalanan pulang ini saya baru melihat
Telaga Warna yang sewaktu naik tidak saya lihat karena terlalu serius memperhatikan jalan.
Hari semakin sore dan
cuaca semakin gelap, dengan bantuan
headlamp Alia kami melanjutkan perjalanan. Bunyi-bunyian dari para penghuni
hutan menemani sepanjang perjalanan. Beberapa kali kami bertemu dengan orang-orang yang juga turun mendahului
kami. Entah kenapa pokoknya kami lama sekali turunnya. Sewaktu perjalanan turun ada lagi kejadian lucu, kami bukan lagi disapa Tante, tapi berubah jadi ibu. "Permisi bu, begitu sapaan para pendaki yang turun mendahului kami. hehehe..
Akhirnya, tepat jam 6 sore, disambut azan Maghrib dan diiringi gerimis rintik-rintik, kami menjejakkan kaki di pintu gerbang titik awal pendakian di Cibodas. Lega sekali rasanya, berhasil sampai di puncak Gunung Gede dan kembali turun hanya dalam waktu satu hari dan kurang dari 12 jam. Yang membuat saya merasa sangat beruntung lagi adalah, hanya dalam kunjungan pertama ke Gunung Gede, saya sukses mendapatkan cuaca cerah di puncak sehingga pemandangan indah tampak jelas.
Akhirnya, tepat jam 6 sore, disambut azan Maghrib dan diiringi gerimis rintik-rintik, kami menjejakkan kaki di pintu gerbang titik awal pendakian di Cibodas. Lega sekali rasanya, berhasil sampai di puncak Gunung Gede dan kembali turun hanya dalam waktu satu hari dan kurang dari 12 jam. Yang membuat saya merasa sangat beruntung lagi adalah, hanya dalam kunjungan pertama ke Gunung Gede, saya sukses mendapatkan cuaca cerah di puncak sehingga pemandangan indah tampak jelas.
Beberapa teman yang turun
lebih dulu sudah sampai di warung, saya menunggu Alia makan nasi dan telor
dadar impiannya. Saya sendiri yang sudah sangat capai dengan bonus kaki pegal
hanya minum teh pucuk dingin, sambil menghabiskan roti isi tuna bekal tadi
pagi.
Semua teman satu rombongan
akhirnya tiba dengan selamat, ada satu teman yang kakinya cedera sehingga turun
agaak lama. Sekitar jam 8 malam, bus berangkat pulang dan tiba dengan selamat
di Jakarta. Ah senangnya, mission accomplish.
Beberapa foto di sini adalah hasil jepretan teman karena saya sendiri saking excitednya dan mengejar waktu malah nggak foto-foto pemandangan sewaktu mendaki.
telaga warna |
AGEN JUDI ONLINE
ReplyDeleteAGEN JUDI
AGEN BOLA
PROMO BONUS 988BET
PREDIKSI BOLA
AGEN JUDI ONLINE
AGEN JUDI
AGEN BOLA
Salut 4,5jam...
ReplyDeleteMau coba ke Sumbing ga? Rencana start dr Jkta Sabtu bsk, pulang senin.
Salut 4,5jam...
ReplyDeleteMau coba ke Sumbing ga? Rencana start dr Jkta Sabtu bsk, pulang senin.
tulisannya sangat membantu buat yg cari referensi.....thanks
ReplyDeleteBerlari & bertualang, sambil menikmati udara sejuk pegunungan di Situ Gunung Trail Run 2019.
ReplyDelete.
Segera daftarkan diri kamu untuk mengikuti #SITUGUNUNGTRAILRUN2019.
tanggal 25 Agustus 2019, di SITU GUNUNG SUKABUMI, JAWA BARAT.
.
Registrasi online dapat dilakukan di
https://situgunungtrailrun.com/
.
Tunggu apa lagi, daftarkan diri kamu sekarang juga.