Akhirnya, hari yang dinanti-nanti sekian lama itu datang juga.. Jam 2.30
terbangun karena teman satu kamar saya sibuk beres-beres. Cukup lumayan juga
tidur saya tadi malam. Berusaha tidur jam 7.30 malam, terbangun sebentar jam 11
untuk makan dan berusaha tidur lagi sampai bangun jam 2.30 pagi ini. Berkat
saran dari teman-teman untuk mensugesti diri sendiri bahwa saya akan
tidur cepat akhirnya saya berhasil tidur. Mungkin ditambah mandi berendam di
bathtub kamar hotel serta aktivitas sesiangan tadi yang membuat badan menjadi
lelah sehingga cepat tidur. Saya berusaha tidak terlalu memikirkan kalau
besoknya akan menghadapi race yang super duper penting.
Aktivitas selanjutnya adalah ganti
baju, dandan, memakai sunblock, menyiapkan tas pinggang isi kurma, Gu Gel,
madu, HP, uang, power bank, botol minum kecil, dan coklat, membuat tas
pinggang itu jadi berat. Gimana ya, kayaknya semua penting untuk dibawa, jadi
terpaksa saya membawa gembolan barang-barang itu di tas pinggang saya.
Rencana sholat subuh nanti dilakukan di KM 5 karena subuh di Bali jam 5.15,
menurut info dari panitia. Sebelum berangkat masih sempat sarapan telur rebus
dan roti panggang. Berkat request si Mang ke pihak hotel, akhirnya sarapan
tersebut bisa diantar jam 3 pagi.
Setelah semua beres, kami bergegas
menuju bis jemputan dari Panitia BMBM yang mangkal di depan Hotel Sanur
Paradise Plaza. Hanya berjalan kaki sejauh 100 meter kami sudah sampai. Memang
top bgt deh pilihan hotel si Mang, jadinya kami tidak perlu jalan terlalu jauh.
Dari 2 buah bis yang ada di lokasi, tinggal 1 bis yang masih kosong, sehingga
kami semua naik ke bis tersebut bersama Sien Lie yang sudah menunggu di sana.
Sambil menunggu bis penuh kami asyik foto-foto. Dan setelah menunggu
sampai bis agak penuh, sekitar 15 menit, akhirnya bis berangkat.
Perjalanan menuju Gianyar, tempat
start di Bali Marine and Safari Park ternyata cukup jauh, hampir 20 menit
perjalanan. AC bis membuat saya kedinginan dan rasanya ingin cepet sampai saja,
saya juga sakit perut karena panggilan alam pagi hari. Sehingga memikirkan
harus antri toilet sebelum race panjang itu bikin stress dan tambah sakit
perut.
Ah, ahirnya bis kami sampai juga di
lokasi. Saya berpisah dengan teman-teman karena harus mencari toilet dan untuk
FM memang start lebih dulu, jam 5 pagi.
Saya segera mencari toilet dan ketika sedang antri di antrian yang lumayan panjang,
ada yang memberitahu bahwa ada toilet lain di dekat penitipan barang yang tidak
antri sehingga saya bergegas ke sana. Alhamdulilah, hanya antri menunggu 1
orang dan akhirnya saya berhasil mengeluarkan isi perut sehingga tidak sakit
lagi. Lega banget karena semua sudah dilakukan sesuai rencana dan saya bersiap
menuju garis Start. Pengumuman untuk peserta FM agar bersiap di garis start
juga sudah terdengar.
Mendekati garis Start, sudah banyak
peserta FM yang berada disana. Saya melakukan pemanasan secukupnya dan segera
bergabung dengan keriaan di sana. Euforia sudah sangat terasa, euforia yang
hanya bisa dirasakan ketika akan start pertama kali berlari Full
Marathon. Tidak ada rasa deg-degan lagi yang ada hanya rasa pasrah
menyerahkan segalanya pada Yang Di Atas, apapun yang terjadi nanti.
Di dekat garis start saya bertemu
dengan Alia, pak Lexi dan teman-teman dari geng Sembur (Sentul Pemburu), geng
pelari trail di seputar bukit Sentul. Kami sibuk foto-foto dengan berbagai
gaya. Sepertinya pak Lexi setengah tidak percaya saya berani ikut
lari FM karena waktu terakhir lari bareng di Sentul itu saya termasuk pelari
manja dan santai. Yang heboh kalau dideketin tawon di tengah hutan.
Hehehe.. Tapi target saya kali ini hanya Finish sebelum Cut Off Time 7
jam. So, kita lihat saja nanti, saya sudah berlatih dan tekad saya sudah
bulat untuk menaklukan medan Bali Marathon apapun yang terjadi.
Setelah pidato pembukaan, tepat
pukul 5 pagi, bendera start dikibarkan dan saya bersama seluruh peserta FM
segera berlari. Saya berlari dengan pace yang cukup nyaman untuk saya, yaitu
sekitar pace 7.30 sampai di km 5. Derap ayunan langkah pelari bergema di
gelapnya pagi itu. Udara subuh cukup dingin tetapi badan yang berkeringat
membuat udara dingin tidak terasa lagi. Beberapa fotografer di pinggir jalan
bersiap mengabadikan momen-momen istimewa yang tertangkap kamera. Oh iya, di
pinggir jalan sekitar tempat start banyak anak-anak yang membawa obor untuk
menerangi jalanan sambil memberikan yel-yel pemberi semangat.
Hampir saja saya melewatkan sholat
subuh ketika sampai di km 5. Saya berhenti, melepas sepatu, kaos kaki dan
segera mengambil wudhu untuk sholat Subuh sejenak. Setelah itu saya kembali melanjutkan
lomba. Jalan sudah mulai menanjak silih berganti dengan turunan yang landai mulai mewarnai rute lari. Cuaca mulai terang tetapi udara masih cukup sejuk. Saya
masih berlari dengan penuh semangat Apalagi setelah km 10, kami disambut oleh
rombongan anak-anak yang membawa spanduk dan bebunyian, memberi semangat untuk
para pelari. Selain itu mereka juga memberi tos kepada kami dan ketika tangan
saya beradu tos, mereka berteriak kegirangan. Terharu banget. Momen
ini lah yang membuat saya memilih Bali Marathon sebagai marathon pertama
saya. Kehangatan masyarakat Bali yang mendukung terselenggaranya FM ini
selama 3 tahun terakhir.
Sejak meninggalkan km 10 sampai
dengan km 20, para pelari mulai memasuki jalan kecil di tengah perumahan
penduduk daerah Gianyar. Di sini lalu lintas tidak 100 persen steril, mungkin
karena saya termasuk pelari lambat, sudah mulai banyak motor yang bersliweran.
Perut kiri saya sempat sakit tetapi saya tetap berlari dan ketika di water
station berikutnya setelah saya minum air putih, rasa sakit mulai berkurang dan
lama kelamaan hilang.
Saya terus berlari hingga km
21 dimana menurut informasi ada turunan yang cukup terjal sehingga peserta
disarankan untuk berjalan saja. Karena jika berlari ada kemungkinan bisa cedera
karena otot kaki menahan beban berlebihan. Pemandangan sawah yang menghijau dan
birunya gunung di kejauhan menghibur saya. Karena saya termasuk di bagian
belakang ketika sampai di water station, yang tersedia hanya minuman isotonik.
saya yang mengira bahwa isotonik yang akan kurang, salah strategi dengan
membawa bekal minuman isotonik karena ternyata malah air mineral yang kurang.
Jadi ketika tiba di water station berikutnya saya mengganti bekal saya dengan
air mineral.
Setelah km 22 rute lari mulai memasuki jalan raya kembali,
betis kaki saya mulai sakit. Beruntung saya bertemu dengan tim medis yang
membawa spray untuk mengatasi otot betis yang mulai kram sehingga setelah betis
saya disemprot spray tersebut saya mulai bisa berlari kembali. Saya hanya berlari
sejauh beberapa ratus meter dan kemudian menyambungnya dengan berjalan kaki.
Saya berjalan dan berlari bergantian
sampai km 27.
Setelah km 27, sepertinya saya mulai
memasuki tahap "hit the wall" dimana saya sudah tidak bisa berlari lagi dan hanya
bisa berjalan. Betis saya sudah sakit sekali dan keinginan berlari sudah tidak
ada. Panas yang menyengat, membuat saya semakin malas untuk berlari, walaupun
angin yang bertiup cukup sejuk. Strategi saya adalah berjalan sampai km 37 baru
setelah itu akan berusaha berlari dan berjalan. Menurut endomondo, 1 km saya
berjalan maksimal selama 12 menit, sehingga waktu 2 jam cukup untuk 10 km dan setelah
itu 5 km terakhir saya harus berlari. Jika tidak pasti saya akan melebihi COT.
Pada 10 km saya berjalan itu, saya
bertemu dengan penari-penari Bali, penari barong dan anak-anak SD sekitar yang
memberi semangat. Tetapi sayang guna mengejar waktu saya tidak sempat
berhenti walau hanya untuk berfoto. Biarpun saya berjalan saya tidak boleh
berhenti. Untuk tambahan energi saya memakan pisang yang disediakan panitia dan
memakan Gu gel energi yang saya bawa. Ternyata bentuk Gu Gel itu mengingatkan
saya akan bubur bayi cerelac, rasanya agak aneh, tapi lumayan juga sih yang
rasa cappucino.
Selama menempuh 10 km race FM dengan
berjalan kaki, disini mental saya benar-benar diuji. Rasa mual dan ingin
pingsan tiba-tiba muncul berganti dengan menyalahkan diri kenapa ikut FM di
Bali. Kalau tau panasnya seperti ini, mendingan ikut race FM yang malem aja
kayak Sundown Marathon di Singapore. Atau ikut FM di Jakarta Marathon, yang
walaupun panas tapi rutenya lebih datar, tidak naik dan turun. Semakin
down jika mengingat komentar orang yang menganggap saya kurang kerjaan karena nekat ikut full marathon. Hmm, iya juga sih, yang tidak menyukai olah raga lari pasti menganggap saya kurang kerjaan. Harus bayar untuk ikut lari dan ujung-ujungnya merasa tersiksa. Saya juga mulai menyalahkan diri kenapa kurang serius latihan. Saya akui memang
kurang latihan long run. Dimana waktu long run pada hari minggu beberapa kali
dipakai untuk ikut race lari dengan jarak pendek. Dan setelah lari malah
nongkrong dan makan, bukan meneruskan lari lagi. Saya hanya sekali long run dengan jarak terjauh 25 km.
Setelah itu, beberapa kali lari hanya dengan jarak 21 dan 17 K. Ikut trail run
dengan jarak hanya 12 K saja. Selain itu saya hanya menjadwalkan lari
seminggu 2 atau 3 kali, 1 kali lathian lari jarak biasa di GBK Senayan dan long run di
hari Minggu itu. Latihan di GBK pun paling banyak, hanya 5 atau 7 K dan 1 kali
10 K. Satu hari latihan lain saya pakai dengan latihan penguatan di
Gym. Apalagi waktu bulan puasa, saya hanya latihan lari di treadmil sejauh 5 K
seminggu sekali. Keyakinan saya bisa finish FM ini hanya karena saya mempunyai endurance
yang kuat dan telah mempunyai pengalaman olahraga dan latihan di gym selama beberapa tahun.
Tapi sepertinya keyakinan saya tidak cukup, karena kali ini untuk memulai berlari saja saya sudah tidak bisa.
Ketika saya dalam tahap fase menyalahkan
diri sendiri, sambil terus berjalan, saya bertemu dengan seorang gadis berbaju
pramuka, dia berdiri sendiri di pinggir jalan. Ketika melihat saya tengah
berjalan, (pasti muka saya BT banget deh) dia spontan bertanya,”masih kuat
mbak, apa perlu saya antar?” Saya hanya berjalan sambil menggeleng lemah.
Sepertinya di titik ini saya mulai
menemukan semangat saya kembali. Dalam hati saya menjawab, saya masih kuat kok,
tidak perlu diantar. Semua orang yang saya kenal, yang telah melakukan FM sebelumnya, telah menyemangati saya, yakin kalau saya
bisa finish dibawah COT masak saya nggak yakin akan diri saya sendiri? Malu
dong kalau sudah jauh-jauh ke Bali ternyata pulang nggak bawa medali. Apa kata
keluarga dan teman-teman? Apa kata Dessy dan
Mang yang sudah menemani saya selama di Bali dan saat ini pasti sedang
menunggu saya di garis finish. SMS pemberi semangat dari teman saya mengatakan saya pasti bisa finish.
Iya, saya pasti bisa finish tapi dia tau nggak ya, kalau ada batas COTnya. Saya harus finish dibawah 7 jam. Pepatah,
pain is temporary, pride is forever segera teringat. Mengembalikan semangat
saya sedikit demi sedikit.
Memasuki km 37 saya harus mulai
berlari jika tidak ingin terlambat. Karena saya sendirian, untuk memotivasi
agar saya bisa berlari lebih cepat, saya beranikan diri bergabung dengan grup
pasangan 4 orang yang sedang berlari di depan saya. Sepertinya ada yang cedera
sehingga mereka juga berjalan kaki. "Mbak, boleh barengan ya... saya sakit
banget kakinya.. Oh boleh, mba cedera ya? Nggak sih, cuma sakit aja
betisnya. Ternyata kelompok lari ini adalah grup lari TCR, dari
Tangerang. Jadilah saya akhirnya bergabung dengan grup ini selama
beberapa saat.
Cowok satu lagi yang posisinya agak
di depan, mengajak kami untuk berlari karena kalau tidak lari pasti tidak
sampai sebelum COT. "Ayo Ci, semangat. Yaah, saya dipanggil cici. Serasa
lagi belanja di Glodok. hehe.. sambil tersenyum dalam hati. Si Koko ini cukup
baik, selalu memberi semangat saya untuk terus berlari. Malah menawarkan untuk
finish bersama-sama sambil bergandengan tangan. “Nanti cicinya di tengah” Haduh...
kayaknya nggak pantes banget ya, emak-emak gini, finish FM ala anak muda. Ini
aja masih stress mikirin biar bisa lari terus sampai finish. Berkat lari bareng
grup ini, semangat saya mulai muncul lagi dan memutuskan untuk berlari lebih
dulu. Pasti nantinya mereka bisa
menyusul saya, karena saya masih lambat larinya. Sebelum meneruskan lari duluan, saya pamitan sama si koko dan mengucapkan terima kasih.
Memasuki km 40, saya bertemu dengan
Mak Del, seorang pelari senior yang berlari dari arah yang berlawanan. Saya
senang sekali melihatnya, dan secara spontan meminta tolong. Dalam hati bingung
juga, minta tolong apa ya.. Mak Del hanya mengatakan untuk tetap semangat
karena sebentar lagi sudah finish. Dengan tenaga yang tersisa saya
berlari lagi karena waktu COT sudah semakin dekat. Saya berlari sambil
membayangkan ada mobil COT yang mengejar-ngejar di belakang saya, supaya
semangat. Padahal sih nggak ada mobil COT sama sekali, kalau pun ada kendaraan yang evakuasi, mungkin berupa motor, karena jalannya kecil.
Tiba-tiba, saya mendengar Mak Del memanggil, beliau sudah ada
di sebelah saya dan mengajak berlari bersama alias menjadi pacer. “Ayo
semangat, sebentar lagi finish” kata Mak Del. Ayunan langkah kaki saya semakin
cepat megikuti langkah Mak Del dan ajaib tiba-tiba kaki saya tidak sakit lagi
dan bisa berlari lebih cepat. Akhirnya setelah belok kiri gerbang garis Finish
tampak juga, “Waktu sudah tinggal 10 menit lagi” Mak Del berteriak mengingatkan
kepada semua peserta yang hendak memasuki garis finish. Tampak dua orang pelari
perempuan juga sama susah payahnya seperti saya berlari berjuang menuju garis
finish. Dan setelah berjuang dengan sekuat tenaga akhirnya saya berhasil juga
menyentuh garis Finish.
Segala macam perasaan bercampur aduk saat itu, antara
senang, stress, haru dan lega bercampur jadi satu. Masih dengan tatapan kosong
setengah tidak percaya, saya melihat Dessy dengan wajah gembira memberi
selamat, begitu juga si Mang. Tidak
sampai pingsan, tetapi saya merasa kaki saya tiba-tiba lemas, rasanya lega
luar biasa. Panas matahari Bali tepat jam 12 siang sudah tidak terasa lagi.
Walaupun betis terasa sakit tetapi saya masih bisa berjalan untuk mengambil medali,
kaos finisher, pisang dan minuman. Barulah rasa senang dan bangga melanda,
akhirnya berhasil finish Full Marathon di Bali pada umur 40 tahun. Salah satu
resolusi saya di tahun 2014 ini telah tercapai.
Ternyata setelah hasil race keluar, saya berhasil finish 7 menit sebelum COT alias 6.53. OMG. Nyaris saja saya kena COT. Dan Mak Del yang tiba-tiba datang dari depan itu, ternyata beliau sedang berlari meneruskan FM nya supaya genap 53 km, lari dalam rangka ulang tahunnya yang ke 53. Beruntunglah saya bertemu dengannya karena saya bisa finish FM lebih cepat. Kalau tidak, ah...saya nggak berani membayangkannya. Walaupun mungkin finish lebih dari 7 jam dan tetap diberi medali serta kaos finisher tapi tetap saja, pasti rasanya berbeda dengan finish dibawah cut off time.
Ternyata setelah hasil race keluar, saya berhasil finish 7 menit sebelum COT alias 6.53. OMG. Nyaris saja saya kena COT. Dan Mak Del yang tiba-tiba datang dari depan itu, ternyata beliau sedang berlari meneruskan FM nya supaya genap 53 km, lari dalam rangka ulang tahunnya yang ke 53. Beruntunglah saya bertemu dengannya karena saya bisa finish FM lebih cepat. Kalau tidak, ah...saya nggak berani membayangkannya. Walaupun mungkin finish lebih dari 7 jam dan tetap diberi medali serta kaos finisher tapi tetap saja, pasti rasanya berbeda dengan finish dibawah cut off time.
Sepanjang perjalanan saya tidak sempat berhenti untuk sekedar foto-foto, jadi jika ingin melihat suasana Bali Marathon bisa mampir ke link ini : .https://plus.google.com/photos/114327633835450638770/albums atau ke website Bali Marathon
Bersama tim TCR, thanks ya.. |
Catatan :
Setelah kemarin mengamati acara lari Jakarta
Marathon, saya ternyata tidak jadi
menyesal memilih first Full Marathon di Bali. Yah, anggap saja itu hanya
penyesalan sesaat karena sedang terserang mental block sewaktu berada di tengah
panasnya udara Bali. Jika mengikuti FM di Jakarta memang biaya lebih murah
karena tidak perlu membayar biaya pesawat dan akomodasi lainnya. Tetapi, alasan
sebenarnya saya memilih FM di Bali, supaya bisa sekalian liburan. Apalagi kemarin setelah race, saya istirahat
total sehingga keesokan harinya badan saya sudah segar kembali dan bisa liburan
di pantai Pandawa yang cantik.
Jadi, tahun depan, target FM dimana lagi ya... sepertinya
Bromo Marathon boleh dicoba nih, sekalian liburan lagi pastinya. Dan, harus
lebih serius latihan supaya hasilnya maksimal dan tidak menderita lagi.
Great resolution, great story and great journey....
ReplyDeleteThank you Vita for mentioned my name as part of your journey too... ;)
Kapan ya saya sampai di FM ?
Thanks, Sien. Semoga bisa memberi motivasi. Sien, pasti bisa FM asal rajin latihan.
ReplyDeleteKereenn mbak..tulisan dan sharing berlarinya luar biasaa...sgt inspiratif..saya jg punya misi FM th 2015..
ReplyDeleteThanks ya, Morrison, semoga FM nya sukses dan tetap semangat latihan ya.. Rencana FM dimana?
DeleteSalam kenal mbak..keren ceritanyaaa...
ReplyDeleteHalo mbak Evie, salam kenal. Terima Kasih ya..
DeleteCerita yg seru untuk pengalaman pertamanya sebagai finisher.
ReplyDeleteIya Marathon is not just about handling your body to keep running, but it is about how to mantain your running spirit. Marathon itu lebih ke menjaga mental positif.
Mudah2an sukses ya di Bromo Marathon....
Amin. Mudah2an lancar race Bromarnya. Thanks supportnya coach.
ReplyDeleteSalam kenal mbak evita. Bali marahon 2018 ikut? Ini pengalaman pertama saya utk fm. Bagi2 donk saran2 dan latihan persiapannya.
ReplyDeleteSelamat. Thanks sharingnya. 9 sept 2018 bbrapa hari ini sy ikutan FM MBM 2018....semoga finish strong..
ReplyDelete