Friday, 6 July 2012

Singgah di Tomok








Info transportasi menuju Tomok didapat dari petugas receptionist hotel. Saya bisa diantar menggunakan motor dengan biaya 50 ribu pp. Jadi saya didrop ke sana dan nanti jika sudah selesai dijemput lagi. Perjalanan ke Tomok dengan sepeda motor hanya memakan waktu 10 menit dan saya diturunkan di Pasar dekat Pelabuhan Tomok, dimana ada papan penunjuk menuju ke makam Raja Sidabutar awal penjelajahan saya sore itu.
Karena hari sudah sore, saya sebenarnya agak takut juga berlama-lama berkeliaran di area makam sendirian. Jadi di lokasi obyek wisata kuburan tua raja-raja Sidabutar saya hanya mengelilingi area makan secara cepat untuk mengambil foto. Sewaktu saya sedang mengambil foto dan melihat-lihat makam, tiba-tiba muncul seorang bapak tua yang berdiam diri sambil melihat kesibukan saya. Saya jadi agak takut dan segera pergi dari sana. Belakangan saya baru melihat pengumuman di depan lokasi makam mengenai tata tertib pengujung , diantaranya no 1 adalah : diharuskan memakai ulos batak (selendang) dan peraturan tersebut telah saya langgar. Dalam hati saya berdoa semoga tidak ada roh yang mengejar saya karena hal tersebut. Takut juga nggak bisa pulang ke Medan dan tersandera di Pulau Samosir. Hehe..
Lokasi yang masih agak ramai dengan wisatawan lain hanya di Obyek Wisata Sigale-Gale di mana saya berbarengan dengan serombongan keluarga yang mendapat penjelasan dari seorang tour guide mengenai sejarah boneka Sigale-gale. Tetapi karena saya diburu waktu saya tidak bisa mendengarkan penjelasan secara utuh dan segera menuju ke Batak Museum. Di sini awalnya saya sendirian dan lokasi museum yang terpencil dan sepi membuat saya agak takut terlebih di dalam museum cahayanya reman-remang dan hari sudah sore. Tetapi beruntung, sewaktu saya hendak naik ke tangga museum yang berbentuk rumah adat Batak, ada pasangan yang juga datang. Yah lumayanlah, ada temannya. Jadi saya bisa minta tolong untuk difoto bersama boneka Sigale-gale. Isi Batak Museum ini adalah serba serbi barang-barang khas daerah Batak sejak jaman dahulu seperti kain ulos, patung-patung dari kayu, gerabah, topeng, pedang, perlengkapan pertanian dan peralatan rumah tangga.
Setelah semua lokasi wisata di Tomok dijelajahi, saya sempatkan membeli oleh-oleh di pasar yang menjual aneka macam souvenir, mulai dari kaos bertuliskan Danau Toba dengan bermacam corak, ulos, gantungan kunci, tempelan kulkas dan macam-macam lagi. Ada kejadian menyebalkan yang membuat saya harus disiplin untuk selalu membawa charger kemana-mana. Saya terpaksa meminjam telepon dari pedagang pulsa di pasar Tomok untuk menelpon penjemput saya di penginapan karena baterai HP saya habis dan saya tidak membawa charger. Untung si abang mau meminjamkan dengan imbalan 2000 rupiah. Abangnya jutek banget lagi, haduuuh... kan nelponnya cuma sebentar bang..
Selama menunggu dijemput saya sempatkan makan indomie rebus di warung dekat pelabuhan, karena itu satu-satunya menu yang mudah-mudahan halal. Tidak bisa menunggu makan di hotel, kepala saya sakit karena capek dan kelaparan. Sampai di hotel, mandi dan istirahat karena besok harus bangun pagi untuk melihat sunrise. Hotel Carolina yang saya booking memang merupakan bangunan lama tetapi bersih dan rapi dengan kamar-kamar menghadap danau yang beraksen rumah adat batak. Kamar yang saya booking seharga Rp. 180 ribu posisinya agak menyamping sehingga tidak langsung berhadapan dengan danau, tetapi cukup memuaskan. Kamarnya sendiri  lumayan luas berinterior jaman dulu dengan bath tub dan air panas, wastafel, lemari dan kulkas. Tetapi tidak ada TV dan AC. Sebenarnya ada kamar lain yang lebih murah tetapi sudah fully book.
Untuk alternatif lain ada Tabo Cottage dan Samosir Villa Resort yang ada kolam renangnya. Dan masih banyak hotel dan cottage lain yang bertebaran di sekitar Tuk Tuk beserta cafe-cafenya yang mulai ramai menjelang malam.





















6 comments: