Sekitar pukul 3 pagi saya
akhirnya terbangun karena mati lampu yang mengharuskan semuanya bangun untuk
bersiap-siap. Perasaan campur aduk
mewarnai hati ini, antara senang, cemas, takut, deg-degan dan lain-lain semua
perasaan campur jadi satu. Setelah semua beres, saya, Andi dan teman satu lagi
berjalan menuju garis start di area Candi Prambanan. Karena Andi telah ikut
race yang sama tahun lalu membuat kami tidak kesulitan menuju lokasi start.
Sekitar 1k kami berjalan, yah, hitung-hitung sebagai pemanasan dan setibanya di
lokasi lomba saya sempatkan untuk ke toilet dan pemanasan lagi. Bos saya di kantor Bu Wanda dan Pak Nico juga
ikut serta dan sempat telpon-telponan walau tidak bisa ketemu. Saya sudah harus
menuju garis start untuk bersiap-siap.
Pemandangan candi Prambanan di waktu subuh tampak menakjubkan, terasa magis karena pendar lampunya di tengan gelapnya malam. Sayang saya tidak sempat foto di depannya karena harus mengejar waktu start FM jam 5 pagi. Tetapi beruntung saya sempat foto candinya.
Pemandangan candi Prambanan di waktu subuh tampak menakjubkan, terasa magis karena pendar lampunya di tengan gelapnya malam. Sayang saya tidak sempat foto di depannya karena harus mengejar waktu start FM jam 5 pagi. Tetapi beruntung saya sempat foto candinya.
Akhirnya, setelah
menyanyikan lagu Indonesia Raya dan berdoa serta sekedar kata sambutan dari
perwakilan Bank Mandiri, bendera
startpun dikibarkan.
Dalam kegelapan subuh
pagi itu saya berlari bersama dengan peserta lainnya. Saya berlari santai saja
karena jalanan yang sempit dan masih ada puluhan km lagi yang harus ditempuh.
Jalanan khas yang biasa ditemui di pedesaan jawa dengan pemandangan sawah dan
rumah-rumah penduduk mewarnai km demi km menuju garis finish. Dimulai dari km 6
jalanan sudah mulai menanjak sehingga pace saya mulai melambat. Saya tidak bisa
memenuhi target pace 7 yang saya targetkan untuk 21K pertama kurang dari 3
jam. Disini saya sudah mulai putus
asa. Putus asa yang terlalu dini menurut
saya. Entah kenapa saya selalu mengalami hal seperti ini jika berlari Full
Marathon.
Saya wa teman saya yang
juga panitia, Bangko. Yah, hanya sekedar
menghubungi seseorang untuk berkeluh kesah supaya bisa menghibur hati dan ternyata ditanggapi serius oleh teman saya (ikuti
terus ceritanya sampai akhir ya..)
Setelah curhat di wa hati
saya mulai agak tenang dan saya masih bisa melanjutkan langkah menuju km
berikutnya. Sampai di sini saya teringat akan seseorang di Jakarta yang bisa
membuat saya tetap melaju menuju garis finish. Saya bertekad akan langsung
pulang ke Jakarta jika bisa menginjakkan kaki di garis finish sebelum waktu
COT. Rencana saya untuk jalan-jalan dan pulang pada hari Rabu akan saya
batalkan. Pokoknya saya harus langsung pulang ke Jakarta besok.
Dengan ketetapan hati
seperti itu dengan semangat saya menuju garis finish. KM 21 telah saya lalui
dalam 3 jam dan saya bertekad untuk mencapai km km berikutnya. Apalagi setelah
km 21 jalan mulai menurun sehingga langkah kaki terasa lebih ringan. Di sini
saya juga mampir ke warung untuk membeli teh pucuk. Yes, saya perlu asupan gula
rupanya supaya lebih semangat. Setelah
sampai di km 25 saya semakin semangat untuk mencapai km 30. Rute yang semula berada di jalan pedesaan
sudah mulai memasuki jalan perkotaan yang bercampur dengan kendaraan besar dan
sengatan panas matahari mulai terasa. Dengan semangat yang masih tersisa saya tetap
mengayunkan kaki selangkah demi selangkah menuju garis finish.
Untuk memberi semangat kepada para peserta panitia
memberikan hiburan di sepanjang jalan yang sebelumnya sudah di informasikan
kepada para peserta. Yaitu : Jathilan di 6,22,40. Badui di km 9,26, Karawitan
di km 12, Hardroh di km 18, Reog di km 32, Keroncong di km 34, Gejog Lesung di
km 35 dan Barongan di km 38. Hmmm… tapi
kok saya nggak merasakan semuanya yaa.. terlalu serius nih larinya. Atau pas
saya lewat karena udah terlalu siang jadinya udah bubar. Hihihi.. tapi yang
jelas sepanjang jalan saya masih merasakan anak-anak sekolah yang memberikan
semangat kepada peserta dengan memberikan tos dan teriakan semangat dengan
logat jawa yang khas.
Menjelang km 35 saya melihat teman saya
Mario di pinggir jalan, dia membawa kamera dan sedang foto-fotoin peserta. Ada
Mario berarti ada sohib saya Harsi dong. Duh senangnya, langsung saya semangat
lari sampai di ujung jalan. Km 35 itu sedang melalui jalan di tengah sawah yang
panasss… jadi ketemu Harsi itu seperti ada oase di tengah gurun, teman untuk
berbagi keluh kesah tepatnya. Duh
kayaknya 42 ini kok gak sampe-sampe sih… mau nangis rasanya. Kapok deh gak mau lari FM lagi.
Saya dan Harsi sibuk foto-foto sambil lari
dan setelah puas saya kembali meneruskan lomba, masih ada 7 km lagi menuju
finish. Semangat.
Memasuki km 36 keadaan saya sudah semakin
payah, ketika lari Garmin saya selalu memberi peringatan bahwa heart rate too
high jadi saya hanya bisa jalan cepat dan lari bergantian, walaupun lebih
banyak jalannya.
Candi yang bertaburan di kompleks Prambanan
mulai terlihat, saya tidak bisa foto-foto karena HP mati selain itu mesti
memburu waktu karena COT semakin dekat.
Candi Plaosan Lor dan Kidul, Candi Sewu, Candi Bubrah, Candi Lumbung hanya bisa saya lihat
sekilas. Sambil berkhayal bisa foto-foto
di depan candi itu.
Menjelang finish saya kembali bertemu Harsi
yang terus menemani sampai menjelang Finish.
Jauh banget finisnya.. hiks.. tetapi akhirnya dengan dukungan semangat
akhirnya bisa lari lagi beberapa ratus meter menjelang finish dan akhirnya
..FINISH. Saya berhasil melalui
serombongan orang-orang yang masuk finish dengan lambat dan menguasai gerbang
finish sendirian demi foto kece. Mudah-mudahan dapet foto kece di finish deh.
Setelah memasuki garis
finish, mulai drama lagi dengan duduk di pinggir jalan membuat dua orang
petugas kesehatan buru-buru mendatangi dan melakukan serangkaian pertolongan
pertama. Betis rasanya kaku banget dan
seluruh badan sakit, biasa sih sepertinya tapi ditambah cuaca panas kayakya
jadi tambah parah ..(lebay.. hihihi)..
Akhirnya saya berhasil memaksa diri untuk jalan ke tempat pengambilan
medali, refreshmentnya dapet minuman hydro coco yang bisa diambil
sepuasnya. Ini surga banget karena Hydro
coconya ada di bak isi es dingin. Sebenernya panitia menyediakan jajanan tradisional di area finish tetapi saya sudah terlalu capek untuk melihat-lihat.
Sesuai dengan tagline acara Mandiri Jogja Marathon yang mengedepankan produksi dalam negeri, semua fasilitas dan sponsor pun meggunakan produksi dalam negeri. Mulai dari jersey race dan finisher, menggunakan produksi Indonesia, termasuk pisangnya hasil kebun penduduk dan minuman isotoniknya juga produksi dalam negeri.
Sesuai dengan tagline acara Mandiri Jogja Marathon yang mengedepankan produksi dalam negeri, semua fasilitas dan sponsor pun meggunakan produksi dalam negeri. Mulai dari jersey race dan finisher, menggunakan produksi Indonesia, termasuk pisangnya hasil kebun penduduk dan minuman isotoniknya juga produksi dalam negeri.
Sampai di bagian tempat
runner istirahat saya bertemu dengan Andi yang dengan sabar mendengar segala
keluh kesah saya yang kecapean berat. Di tempat ini panitia sudah menyediakan
bed-bed untuk pelari yang membutuhkan stretching supaya otot tidak sakit
setelah melakukan lari berjam-jam.
Saat di tempat ini lah
saya meminta salah satu panitia memanggil Bangko teman saya. Dan ketika Bangko
datang dia tampak lega setelah mengetahui bahwa saya baik-baik saja. Soalnya
sewaktu saya menghubungi dia by wa, Bangko sempat menghubungi panitia di km 20
untuk membantu saya yang sepertinya mengalami masalah. Tetapi ketika di hubungi
by HT panitianya malah bilang, wah orangnya sudah lewat, pak. Ihik.. jadi
Bangko langsung beranggapan saya sudah baik-baik aja. Nggak nyangka loh sampe di hubungi ke
lapangan gitu.. jadi terharu. Ini kan
salah satu drama biar Marathonnya berkesan. Hahaha... Tapi serius waktu
kejadian tuh emang menderita banget.. udah pengen nyerah aja, ngapain sih lari
sampe puluhan km gitu. Manjanya langsung keluar.
Setelah ngobrol panjang
lebar dengan Bangko yang bercerita mengenai suka duka menjadi EO Jogmar, saya dan Andi pulang ke penginapan.
Beruntung sebelum pulang kami sempat bertemu dengan Harsi sehingga bisa mendapatkan beberapa spot foto kece dengan latar candi Prambanan.
Sampai di penginapan, semua orang sudah sibuk check out. Saya sibuk mencharge HP yang mati total supaya bisa memberi kabar kepada teman-teman. Setelah itu mandi dan beres-beres. Belum sempat untuk istirahat sama sekali, hanya duduk sebentar dan bercerita mengenai jalur FM yang panas. Rencana saya sih habis ini langsung menuju ke rumah tante saya yang di Yogya karena sodara saya yang membawa kunci sudah datang dan saya bisa menginap di sana. Untuk transportasinya kalau tidak bisa ikut mobil rombongan ya pesen gocar.
Sampai di penginapan, semua orang sudah sibuk check out. Saya sibuk mencharge HP yang mati total supaya bisa memberi kabar kepada teman-teman. Setelah itu mandi dan beres-beres. Belum sempat untuk istirahat sama sekali, hanya duduk sebentar dan bercerita mengenai jalur FM yang panas. Rencana saya sih habis ini langsung menuju ke rumah tante saya yang di Yogya karena sodara saya yang membawa kunci sudah datang dan saya bisa menginap di sana. Untuk transportasinya kalau tidak bisa ikut mobil rombongan ya pesen gocar.
Akhirnya setelah di
urusin sama mas Toton dan Andi, teman-teman Couchsurfing Runners saya bisa ikut
mobil mereka menuju resto Warung Sawah di Gito Gati, Dusun Gondanglegi, Sari Harjo,
Ngaglik, Sariharjo, Kec. Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
55581. Sekalian alamat lengkapnya. :)
Pokoknya saya ikutan aja deh karena memang sehabis lari tidak ada acara dan tadinya mau langsung pulang. Tapi karena diajak untuk gabung dan masih ada tempat di mobil saya pasrah aja. Lagian saya lapar belum makan.
Acara mereka sore itu adalah ketemuan sesama anggota Couchsurfing yang ada di Yogya. Couchsurfing sendiri adalah komunitas traveler global yang anggotanya menyediakan tempat tinggal sementara secara gratis bagi traveler yang berkunjung ke suatu daerah dan berfokus pada cultural exchange dan juga membangun networking services bagi para anggotanya. Yang berminat untuk jadi anggota silahkan googling aja ya...
Pokoknya saya ikutan aja deh karena memang sehabis lari tidak ada acara dan tadinya mau langsung pulang. Tapi karena diajak untuk gabung dan masih ada tempat di mobil saya pasrah aja. Lagian saya lapar belum makan.
Acara mereka sore itu adalah ketemuan sesama anggota Couchsurfing yang ada di Yogya. Couchsurfing sendiri adalah komunitas traveler global yang anggotanya menyediakan tempat tinggal sementara secara gratis bagi traveler yang berkunjung ke suatu daerah dan berfokus pada cultural exchange dan juga membangun networking services bagi para anggotanya. Yang berminat untuk jadi anggota silahkan googling aja ya...
Saya juga daftar jadi
anggota Couchsurfing karena mempunyai hobby traveling tapi bukan merupakan
anggota yang aktif.
Warung Sawah ini
lokasinya asyik, bisa menikmati hijaunya sawah membentang sambil makan dan
kongkow serta foto-foto. Pokoknya seneng bangett
bisa ikutan, happy karena akhirnya bisa finish FM yang ke 3 di Yogya
sesuai target under COT dan terhibur dengan adanya temen-temen baru.
Disini rencana saya juga berubah karena ternyata ada teman baru saya yang sudah booking hotel tapi tidak mau tidur sendirian, saya akhirnya diajak lagi untuk nemenin. Nama temen baru saya ini Fay, yang baru pertama kali lari-lari serta langsung ikut HM. Buset deh, nekat. Alhasil, kami berdua jadinya senasib, sama-sama jompo karena pegel.
Disini rencana saya juga berubah karena ternyata ada teman baru saya yang sudah booking hotel tapi tidak mau tidur sendirian, saya akhirnya diajak lagi untuk nemenin. Nama temen baru saya ini Fay, yang baru pertama kali lari-lari serta langsung ikut HM. Buset deh, nekat. Alhasil, kami berdua jadinya senasib, sama-sama jompo karena pegel.
Kenyang makan, sekitar
jam 5 sore, saya dan Fay menuju hotel dengan Go Car dan setelah sampai di kamar
kami berdua tepar dan tidur sampai pagi. Hotelnya merupakan hotel jadul yang
namanya agak unik yaitu OGH Doni tapi yang bikin lumayan walaupun hotel jadul tapi
tetep dapet sarapan.
Pagi hari saya bangun
dengan keadaan yang lebih segar dan pegal sudah mulai hilang. Dari hotel saya
menuju ke rumah untuk meletakkan tas dan langsung ke stasiun untuk menukar
tiket. Sekarang untuk proses tukar tiket
lumayan cepat, mbak petugasnya langsung menghituang harga tiket setelah
dikurangi denda dan langsung ditambahkan di harga kereta yang tersedia hari
itu. Saya mendapat kereta Gajayana yang berangkat jam 8 malam.
Setelah selesai urusan
tiket saya menghubungi teman saya yang ternyata sedang ada di Malioboro,
jadilah saya kesana dan ikut sarapan di kedai dekat pasar Klewer tapi setelah
itu saya memisahkan diri dan nongkrong menghabiskan waktu di Kedai Kopi Mataram
lalu balik ke rumah saya di Yogya setelah sebelumnya janjian dengan Putri teman
kuliah dulu di Ciao Gelato deket rumah nanti jam 4 sore.
Putri datang dianter
misua dan anaknya yang berumur 5 tahun. Lucu banget. Kangen-kangenan membahas
jaman kuliah dan pekerjaannya sekarang yang jadi guide wisata dan rental mobil
membantu suaminya. Jika perlu rental mobil dan info wisata Yogya bisa
menghubungi : jogjakartadriver.com/tours.html.
Pulangnya saya diantar Putri dan keluarga ke rumah, sebelumnya mampir dulu ke toko HP untuk beli charger dan saya dibekelin cake talas yang tokonya ada di sebelah toko HP itu. Wah, senangnya... rejeki anak soleh nih.
Pulangnya saya diantar Putri dan keluarga ke rumah, sebelumnya mampir dulu ke toko HP untuk beli charger dan saya dibekelin cake talas yang tokonya ada di sebelah toko HP itu. Wah, senangnya... rejeki anak soleh nih.
![]() |
Ciao Gelato |
Akhirnya saatnya pulang
pun tiba, yeaaay.. setelah menunggu sejenak di stasiun Tugu dan lumayan
terhibur dengan adanya penyanyi jalanan yang mebawakan lagu-lagu jadul, saya
akhirnya menempati kursi nyaman saya di KA Gajayana.
KA ini memang KA executive yang mewah karena memakai rangkaian kereta
terbaru buatan INKA tahun 2017. Selain model kursinya yang seperti kursi kelas bisnis di pesawat, setiap penumpang juga mendapat selimut dan
bantal gratis. Dan karena di sebelah saya kosong jadinya lebih asyik lagi
karena bisa selonjoran. Benar-benar
sepadan deh naik kereta super nyaman ini setelah kemarin lelah setelah lari-larian.
Setiap lari Full Marathon pasti punya ceritanya sendiri dan kali ini saya mendapat banyak pengalaman yang tidak bakal saya lupakan dan menjadi pelajaran untuk mengikuti race FM berikutnya. Tadi katanya kapok? iya siiih, kapok juga. Tapi masih pengen punya waktu yang agak bagusan dikit nih untuk FM, jadi kalau ada kesempatan lagi masih mau deh ikutan.
Setiap lari Full Marathon pasti punya ceritanya sendiri dan kali ini saya mendapat banyak pengalaman yang tidak bakal saya lupakan dan menjadi pelajaran untuk mengikuti race FM berikutnya. Tadi katanya kapok? iya siiih, kapok juga. Tapi masih pengen punya waktu yang agak bagusan dikit nih untuk FM, jadi kalau ada kesempatan lagi masih mau deh ikutan.