Thursday, 13 February 2025

Tour Spesial di Hari Minggu bersama PFN Heritage dan Wisata Kreatif Jakarta

 


Anniversary Wisata Kreatif Jakarta ke 8 tahun ini dirayakan pada hari Minggu tanggal 9 februari 2025 dengan free gift tour ke gedung Produksi Film Negara (PFN) yang sekarang sudah menjadi Cagar Budaya. PFN sendiri sangat terkenal pada jamannya karena memproduksi film boneka si Unyil yang legendaris dan Film Gerakan 30 September yang pastinya tidak bisa dilupakan pada tahun 80an karena selalu diputar di TV pada tanggal 30 September.

Setelah mengadakan pengumuman di IG WKJ, terpilihlah 50 orang peserta termasuk wakil dari Kotekasiana alias Komunitas Traveler Kompasiana dan menjadi Kotekatrip yang ke 3.



Beruntungnya saya bisa ikutan karena pada tanggal itu saya tidak ada kegiatan lain. Dengan penuh semangat saya menyiapkan dress code yang sesuai karena kebetulan saya mempunyai baju warna merah dan celana jeans yang berbentuk overall atau baju kodok atau celana montir yang beken di pakai di tahun 80-90an. Oh iya, sebelumnya memang ada pengumuman di IG kalau dress code adalah baju warna merah atau baju tema era 80-90an.



Seluruh peserta berkumpul di gedung PFN di Jalan Otista Jakarta Timur sekitar pukul 14.30 sore. Beruntung sekali cuaca sore itu cerah bahkan mengarah ke terik sehingga acara bisa berlangsung lancar. Karena setelah mendapat pengarahan dari pak Iwan Setiawan selaku Head of Asset dan Manajemen Bisnis, kami diantar beliau menelusuri kompleks gedung PFN sambil diceritakan sejarahnya.




Sebagai gambaran awal sejarah PFN bermula dari Tahun 1934 dengan berdirinya Java Pasific Film pada jaman Belanda oleh Albert Balink. Film pertama yang dihasilkan berjudul Pareh dan diakui sebagai salah satu karya sinematik terbaik Hindia Belanda. Tahun 1936 JPF berubah menjadi ANIF dan menghasilan film Terang Bulan yang sukses besar di tingkat Internasional pada tahun 1937.

Pada jaman Jepan tahun 1945, ANIF diambil alih oleh pihak Jepang dan diubah namanya menjadi Perusahaan Film Jepang dan dihadian propaganda. Setelah merdeka barulah berdiri Perum Produksi Film Negara sebagai Berita Film Indonesia oleh RM Soetarto dibawah kementrian Penerangan yang saat itu dibawah kepemimpinan Amir Syarifuddin. Setelah menjadi BUMN pada tahun 1988 akhirnya PFN menjadi Perusahaan Perseroan pada tahun 2023. Kompleks gedung PFN pun menjadi Cagar Budaya dan mempunyai nama PFN Heritage.

Kami diajak menelusuri gedung-gedung yang terdapat di kompleks PFN dan menuju gedung utama yang di dalamnya terdapat ruangan yang kedap suara dimana ada hiasan tentang perkembangan film Indonesia yang terbuat dari gabus. Unik sekali. Selain itu boneka-boneka yang dipakai saat syuting film si Unyil juga diletakkan di sana. Pembuatan boneka si Unyil dan teman-temannya itu ternyata bisa disamakan dengan pembuatan keris karena mempunyai empunya masing-masing. Sebelum pembuatan boneka tersebut para empu mempunyai ritual dan tirakat bahkan puasa supaya boneka yang dihasilkan terlihat sempurna dan seperti mempunyai jiwa. Tapi benar juga ya, boneka si Unyil itu benar-benar berkesan bahkan sampai sekarang setelah puluhan tahun berlalu. Selain itu ada pula projector jadul yang merupakan peninggalan dari jaman dulu.








Setelah berfoto bersama di depan gedung PFN kami melanjutkan perjalanan menelusuri gedung-gedung yang lain. Selain gedung lama, ada juga gedung yang direnovasi dan disewakan untuk umum yang berminat mempunyai virtual office selain itu juga menyewakan ruangan yang bisa digunakan untuk Podcast.






Di bagian belakang terdapat gedung-gedung yang sepertinya terbengkalai, tetapi terbengkalainya itu bisa digunakan untuk syuting film, biasanya film horor. Dan ada juga gedung yang dulunya dipakai untuk syuting film si Unyil. Di bagian belakang gedung juga terdapat mural-mural hasil dari acara Festival Mural Internasional yang pernah diadakan di sana. Menurut info dari pak Iwan, saat ini PFN sedang memproduksi film Hoegeng, polisi yang terkenal berani dan jujur. Pastinya akan jadi film yang bagus jika sudah jadi.




Setelah usai jalan-jalan, kami kembali ke ruangan utama untuk melanjutkan acara yaitu perayaan ulang tahun Wisata Kreatif Jakarta ke 8. Sebelumnya para peserta sudah diberikan info untuk membawa makanan supaya bisa saling dinikmati. Tradisi ini sudah sering diadakan oleh Wisata Kreatif Jakarta dengan nama bekennya «potluck». Seperti tahun-tahun sebelumnya yang special di Ultah WKJ itu adalah adanya Bintang Tamu. Saya yang belum pernah ikut acara ultah WKJ sebelumnya sempat bertanya-tanya siapakah bintang tamu itu. Dan ternyata bintang tamunya adalah keluarga Roti Buaya khas Betawi. Bapak, Ibu dan anak buaya jadi maskot acara ultah WKJ. Saya yang belum pernah makan roti buaya sangat terkesan dan tak melewatkan foto bersama keluarga buaya.  Selain roti buaya ada pula bintang tamu lain boneka maskot Jakarta, yang bernama Je Ka dan Te. Je adalah representasi dari Ondel-Ondel Jakarta. Ka adalah macan kemayoran dan Te adalah lidah api Monas. Ada cerita menarik di balik adanya boneka-boneka ini. Dari sayembara pembuatan boneka maskot Jakarta, dari sekian banyak desain yang masuk ternyata pemenangnya dipilih karena dia memberikan 3 desain sekaligus yaitu maskot JeKaTe ini.






Setelah acara makan dan berbungkus makanan kami segera masuk ke ruangan untuk mendengarkan presentasi dari pihak PFN yang menceritakan sejarah dan produk dari PFN yang dihasilkan saat ini sejak berubah statusnya menjadi Perseroan. Berbeda dengan sebelumnya yang berbentuk Perum atau Perusahaan Umum, jika berbentuk Perseroan otomatis mempunyai tujuan untuk menarik pihak luar supaya bisa bekerjasama guna mendapat keuntungan bagi perusahaan. Beberapa lokasi di PFN juga bisa digunakan untuk tempat syuting film atau acara dan tempat konser musik juga dengan menggandeng PT V2 Indonesia sebagai penyedia videotron yang canggih. Kebetulan kantor saya bekerja sama dengan V2 karena bergerak di bidang audio visual juga. Jadi sudah tidak asing dengan perusahaan ini.



Sebagai penutup acara dan sebagai yang ditunggu-tunggu peserta adalah pemutaran Film si Unyil. Ternyata film si Unyil sudah dibuat dalam bentuk yang lebih modern dan kekinian. Bonekanya bisa dibuat dengan mulut yang bisa bergerak mengikuti ucapan dan matanya bisa berkedip-kedip. Ceritanya juga disesuaikan dengan kondisi sekarang. Tetapi film boneka si Unyil yang versi lama juga diputar. Ketika melihat penata musik dan penulis skenarionya kita semua baru sadar kenapa film si Unyil itu sangat berkesan. Jelas saja penata musiknya Purwatjaraka dan penulis skenarionya Arswendo Atmowiloto!

Terakhir sekali adalah pengumuman pemenang best dress pada hari itu dan ternyata saya adalah salah satu pemenangnya! Hore! Selain best dress ada pemenang dari lomba sosial media IG Story.



Sungguh pengalaman yang sangat berkesan di hari Minggu ini, kalau tidak bersama Wisata Kreatif Jakarta tentu saya tidak akan pernah datang ke PFN.

 


 

 

Monday, 16 September 2024

Weekend at Penang

 


Tiba-tiba saja adik saya memberi kabar kalau saya akan diajak ke Penang untuk traveling dalam rangka perayaan ulang tahun anaknya yang juga keponakan saya. Karena saya berulang tahun di bulan yang sama sekalian saja jadi hadiah ulang tahun. Namanya rejeki sudah pasti nggak boleh ditolak dong, so jadilah tanggal 17 November 2023 saya berangkat ke Penang dengan pesawat Air Asia bersama keluarga adik saya, jadi kami ber 4.  Waktu bertemu di Airport yang bikin seru adalah, tanpa janjian warna baju kami sama hijau tosca. Pas banget kesannya jadi 1 grup.


Karena saya diajak jadinya saya cuma ikut saja, semua itinerary adik saya yang arrange. Pokoknya saya tinggal ikut  dan diwanti-wanti supaya tidak misah walaupun kenyataan di lapangan berbeda. Wkwkw.. 

Siang menjelang sore kami sampai di Penang Airport dan segera memesan Grabcar untuk menuju ke penginapan di Rope Walk Guest House. Kami bersama di 1 kamar yang terdiri dari 2 bed besar.  Penginapannya cukup nyaman, walau kadang kalau mau masuk tapi tidak ada orang yang ada di resepsionis cukup sulit karena tidak ada yang membukakan pintu.







Setelah beres proses check in,  saatnya mencari makan siang. Adik saya telah memilih untuk makan di Nasi Kandar Hameediyah yang terkenal di sana. Antriannya saja sudah panjang sekali ketika kami sampai.  Setelah antri sekitar 30 menit tiba juga giliran kami memesan dan kami diarahkan ke meja untuk duduk. Kami memesan menu nasi kandar dengan bermacam-macam lauk. Lupa apa saja karena yang pesan adik saya, cukup enak, walau saya tidak suka kalau kuahnya terlalu banyak.



Setelah makan siang kami melanjutkan perjalanan keliling kota tua George Town dengan berjalan kaki. Kami foto-foto di depan bangunan bernuansa jadul yang khas di tengah cuaca Penang yang panas.








Kami mampir di Mesjid Kapitan Keling untuk sholat ashar dan Kembali melanjutkan perjalanan menuju pantai. Kami melewati bangunan Penang Town Hall Dimana ada flyer besar bertuliskan kerja sama Penang dengan Adelaide, Australia. Wah kebetulan sekali, karena sebelumnya kami pernah ke Adelaide. Anggun pernah sekolah S2 disana.









Kami duduk di pantai menikmati suasana sore dan foto-foto di depan kapal pesiar yang sedang berlabuh. Setelah itu kami meneruskan perjalanan dan bertemu dengan Penang Clock Tower. Clock tower ini adalah Menara Jam Memorial Ratu Victoria yaitu menara jam Jubilee bergaya Moor di George Town. Terletak di persimpangan Light Street dan Beach Street , menara ini dibangun untuk memperingati Jubilee Berlian Ratu Victoria pada tahun 1897. Dekat pantai juga ada Fort Cornwalis, benteng terbesar yang masih ada di Malaysia. Tetapi saat kami disana kompleks benteng sedang ditutup karena renovasi.








Setelah puas foto-foto kami melanjutkan perjalanan dengan naik bus gratis yang lewat di halte dekat clock tower yang ternyata menuju ke terminal. Jadilah kami menunggu bus selanjutnya yang menuju arah penginapan supaya sekalian balik. Busnya nyaman dan yang penting gratiiis.

Malamnya kami tidak kemana-mana dan hanya di hotel saja, saya saja yang keluar sebentar melihat-lihat suasana malam di sana yang cukup ramai dengan food streetnya.

Hari Kedua

Saya bangun pagi sekali dan lari pagi di sekitar hotel. Di tengah jalan saya berhenti jika menemukan mural yang lucu dan khas. Ada suatu rumah yang di dalamnya ada seekor kucing dan di temboknya ada mural gambar kucing yang lucu.









Di tengah jalan tanpa sengaja saya bertemu dengan teman lari, Bu Sri, yang sedang berada di sana untuk check up kesehatan. Saya berlari bersama dan melewati bangunan ikonik Central Fire Station. Saya juga berfoto di depan bangunan khas lainnya dan berlari menuju pantai lagi. Puas sekali rasanya menikmati pagi hari di kota tua Penang dengan bangunan tua nya yang khas. Udara masih sejuk dan segar.

Habis mandi dan ganti baju saya segera bergabung dengan Cantik yang sudah antri di Toh Soon Café. Selama menunggu mereka antri saya iseng ke kedai kopi dekat sana juga yang bernama Kedai Kopi Seng Thor. Kedai kopi ini lebih sederhana dan tidak antri. Yang membedakan di kedai kopi ini ada menu non halalnya. Saya memesan es kopi susu dan roti srikaya. Selesai makan saya bergabung dengan Cantik, makan lagi di kedai kopi Toh Soon itu.







Setelah itu kami walking tour keliling kota dengan tujuan foto-foto di mural yang khas. Ada beberapa mural yang letaknya tersebar di beberapa tempat, jadi kita harus jeli untuk menemukan lokasi-lokasi tersebut. Muralnya memang lucu-lucu dan unik jadi kami juga harus pose kreatif supaya bagus hasilnya. Ada suatu jalan dengan ornamen payung warna warni yang digantung di atas. Kami juga mampir di Pelabuhan kecil Chew Jetty Dimana terdapat kuil kecil dan ada mural unik juga. Disini kami duduk-duduk sebentar melepas lelah sambil menikmati udara pantai.














Dengan menggunakan mobil kami menuju ke tempat makan siang yang sudah ditentukan oleh Cantik, yaitu Laksa yang cukup terkenal di Penang, Laksa Air Itam. Tempat makan laksa ini sederhana dan hanya berada di pinggir jalan. Tetapi rasa laksanya memang enak dan khas. Setelah makan laksa dengan menggunakan bus kami Kembali menuju pusat kota Penang dan mencoba Penang Road Famous Teochew Chendul, cendol khas penang yang isinya bermacam-macam. Setelah itu dalam perjakanan ke penginapan kami juga membeli durian penang yang dijual di mobil. Durennya enak dan manis. Memuaskan pokoknya.

Sampai di penginapan, istirahat sebentar, lalu sorenya kami pergi lagi menuju Mall The Top Komtar untuk merasakan ketinggian di Rainbow Sky Walk. Dalam perjalanan mampir ke Penang Road Famous Laksa untuk sekedar icip-icip makanan di sana, pesan 2 menu, Laksa dan Char Kwe Tiauw untuk dimakan bersama.



Sampai di Mall kami mencari Lokasi untuk membeli tiket dan akhirnya menuju lantai 65 ke Obsevatory Deck. Disana terdapat lantai kaca tempat kita bisa berfoto dengan pemandangan bangunan-banguan dan jalan raya kota Georgetown yang dibawah kita. Rasanya deg-degan dan bikin lemes kalau melihat ke bawah, serasa mau jatuh. Tapi setelah terbiasa kami bisa berpose dengan bebas, tidak terlihat takut seperti sebelumnya.





Setelah puas foto-foto kami naik ke lantai paling atas, lantai 68, di sini terdapat tempat terbuka dimana kita bisa bebas melihat pemandangan kota Penang sejauh 360 derajat. Pemandangan kota yang cantik dengan lampu-lampunya memanjakan mata.











Setelah puas, kami turun ke lantai bawah dan makan malam di Fried Chicken Marry Brown, ini merk ayam goreng yang sepertinya hanya ada di Malaysia. Karena setau saya sih di Jakarta nggak ada ayam goreng merk itu. Hehe…




Mall yang ada di Komtar Tower tempat Rainbow Sky Walk ini berada hanya mall biasa yang isinya tidak terlalu banyak. Jadi tidak banyak juga yang bisa dilihat.

Dengan berjalan kaki kami menuju ke penginapan untuk beristirahat.

Hari Ketiga

Pagi hari kami sarapan di stall roti cane dekat penginapan dimana banyak orang yang makan disana. Kami makan roti cane dengan kuah kari dan kopi susu. Menu standard sarapan pagi di sana.






Setelah sarapan, balik ke penginapan untuk check out dan langsung menuju ke nasi kandar Deens Maju yang terkenal juga. Kami datang pertama, karena restonya masih tutup, langsung antri no 1 dan tidak berapa lama sudah banyak orang yang antri di belakangnya, sampai berbelok ke jalan kecil di sebelah resto.




Makanannya enak2 juga dan sedikit beda dari Nasi Kandar yang waktu itu kita coba. Setelah kenyang kami langsug ke Airport untuk pulang ke Jakarta.

 

Day 1

Penang Airport

Rope Walk Guest House

Nasi Kandar Hameediyah

Kota tua George Town – Mesjid Kapitan Keling, Pelabuhan, Jam antik

Day 2

Breakfast Toh Soon Café, Kedai Kopi Seng Thor

Foto di mural

Lunch Laksa Air Itam

Penang Road Famous Teochew Chendul

Durian

Penang Road Famous Laksa

Rainbow Sky Walk

The Top Komtar

Fried Chicken Marry Brown

Day 3

Sarapan roti cane di kaki lima

Nasi kandar Deens Maju