Wednesday 26 October 2016

Lari Desa ke Desa, Madiun









Ketika ada rencana ke Madiun untuk menghadiri pernikahan Tia, saudara sepupu di Madiun, saya segera mencari info mengenai acara lari-lari di kota tersebut melalui grup Indorunners. Grup lari ini memang mempunyai cabang di setiap kota di Indonesia. Jadi kalau misalnya suka lari-lari dan sedang berada di suatu kota, bisa mencari infonya di grup Facebook Indorunners.
Saya mendapat jawaban dari mas Yudi IR Madiun, dan mendapat info jika pada tanggal tersebut ada race lari di Madiun dalam rangka perayaan Anniversary AERun yang ke 1 pada tanggal 22 Mei 2016 dan launching Desa Wisata di daerah Griya Setapuran, Desa Wisata Festival Gunungsari,  Madiun. Nama racenya “Lari Desa ke Desa” Jaraknya hanya sekitar 5,5 K, race yang berjenis fun run ini gratisss, hanya membayar donasi serelanya yang akan di donasikan untuk kegiatan amal. Tapi walaupun gratis sponsornya cukup lumayan, diantaranya adalah Pocari Sweat, Mie Sedap dan Top Coffee.
Penjelasan yang saya baca di grup sih rutenya cukup seru walaupun hanya 5,5 K karena akan melalui jalur lari  khas pedesaan Madiun,  melewati jalan tanah, pematang sawah, aspal, paving dan bantaran kali Madiun dengan udara pagi yang sejuk dan pemandangan hijau dan melalui 3 desa: Gunungsari, Bagi dan Tiron.

Acara kawinan Tia pada hari sabtu berjalan dengan lancar. Malah saya sempat lari pagi dulu di Lapangan Gulun yang lokasinya tepat di depan penginapan. Lapangan Gulun adalah lapangan sepak bola yang disekelilingnya terdapat area jogging track. Sehari sebelumnya, sewaktu saya pertama kali datang memang ramai sekali orang-orang yang berolahraga di sana. Asyik juga sih bisa dapet penginapan yang strategis, dekat dengan lokasi lari-larian. 

Lapangan Gulun

Hari Minggu subuh saya sudah dijemput oleh panitia Race. Karena saya tidak tau jalan menuju lokasi race yang agak diluar kota Madiun, saya sekalian nebeng panitia menuju ke lokasi acara. Desa Gunungsari ini ternyata terletak di jalan ke arah Ngawi, melewati pabrik gula yang cukup besar. Pabrik gula tersebut masih berdiri dengan kokoh dan terlihat masih beroperasi. Ketika saya cari infonya di google, pabrik gula ini adalah PG Soedhono dan sudah berdiri sejak tahun 1888.

Lokasi start terletak di jalan pedesaan yang asri. Gerbang start finish yang sederhana sudah berdiri dengan kokoh. Suasana masih sepi hanya ada beberapa peserta yang sudah datang. Tampak panitia dari Pocari Sweat yang sibuk menyiapkan booth water station untuk para peserta race.
Saya duduk-duduk sambil melihat-lihat kesibukan tersebut dan satu persatu para peserta mulai datang dan langsung registrasi ulang sambil memberikan donasi. Untuk medali peraturannya cukup unik, bukan berdasarkan waktu tapi berdasarkan no pendaftaran. Jadi untuk 50 pendaftar pertama saja yang mendapat medali dan dibedakan dari warna BIBnya. Karena termasuk 50 pendaftar pertama saya sudah otomatis mendapat medali. 

Race dimulai sekitar jam 7 pagi, agak telat karena mungkin menunggu para peserta yang datang terlambat. Karena banyak juga peserta yang datang dari luar kota seperti : Ponorogo, Nganjuk, Tulungagung, Kediri, Magetan. Bisa dilihat dari kaos komunitas yang mereka pakai. Saya juga ngobrol dengan beberapa peserta dan ternyata salah satunya adalah seorang dokter yang masih satu almamater di Atma Jaya Jakarta. Ah, dunia memang sempit.  
Rute larinya asyik, melewati jalan-jalan desa dan pematang sawah. Saya foto-foto juga di jalan jadi larinya santai aja. Banyak penduduk desa yang menonton dan memberi semangat kepada peserta. Seperti biasa logat jawa mereka bikin saya senyum-senyum sendiri. 

Setelah finish dan mendapat medali, para peserta bisa menukar voucher yang sudah diberikan dengan mie sedap cup dan top coffee. Pak dokter yang tadi ngobrol dengan saya ternyata jadi pembicara, menceritakan pengalamannya menjadi pengumpul kilometer terbanyak pada challenge yang diadakan oleh Endomondo. Memang hebat pak dokter Eddy, sangat menginspirasi dengan capaian km-nya sudah sudah mendekati 1000 km.  

Oh iya, selain gratis race ini juga diramaikan dengan door prize yang cukup banyak. Mayoritas barang doorprize dari Eiger yang menjadi sponsor acara dan  ternyata saya sedang beruntung, berhasil mendapat satu buah topi sekaligus diminta tolong untuk mengambilkan kupon door prize serta disebut sebagai tamu dari Jakarta. Yeeaayy.. hahahaha.. komentar mereka yang pakai bahasa jawa itu loh yang bikin saya selalu senyum-senyum. Saya kan ngerti bahasa jawa tapi kalau disuruh ngomong sudah nggak selancar dulu lagi. 

Secara keseluruhan, race ini adalah race yang sederhana tetapi sangat berkesan, walaupun hanya di kota kecil tetapi bisa mengadakan race yang rapi dengan rute yang seru dan tersedianya sponsor yang cukup banyak plus masih dapet medali pula.