Monday 22 September 2014

My First Full Marathon at Bali Marathon 2014



Akhirnya, hari yang dinanti-nanti sekian lama itu datang juga.. Jam 2.30 terbangun karena teman satu kamar saya sibuk beres-beres. Cukup lumayan juga tidur saya tadi malam. Berusaha tidur jam 7.30 malam, terbangun sebentar jam 11 untuk makan dan berusaha tidur lagi sampai bangun jam 2.30 pagi ini. Berkat saran dari teman-teman untuk mensugesti diri sendiri bahwa saya akan tidur cepat akhirnya saya berhasil tidur. Mungkin ditambah mandi berendam di bathtub kamar hotel serta aktivitas sesiangan tadi yang membuat badan menjadi lelah sehingga cepat tidur. Saya berusaha tidak terlalu memikirkan kalau besoknya akan menghadapi race yang super duper penting. 

Aktivitas selanjutnya adalah ganti baju, dandan, memakai sunblock, menyiapkan tas pinggang isi kurma, Gu Gel, madu, HP, uang, power bank, botol minum kecil, dan coklat, membuat tas pinggang itu jadi berat. Gimana ya, kayaknya semua penting untuk dibawa, jadi terpaksa saya membawa gembolan barang-barang  itu di tas pinggang saya. Rencana sholat subuh nanti dilakukan di KM 5 karena subuh di Bali jam 5.15, menurut info dari panitia. Sebelum berangkat masih sempat sarapan telur rebus dan roti panggang. Berkat request si Mang ke pihak hotel, akhirnya sarapan tersebut bisa diantar jam 3 pagi. 

Setelah semua beres, kami bergegas menuju bis jemputan dari Panitia BMBM yang mangkal di depan Hotel Sanur Paradise Plaza. Hanya berjalan kaki sejauh 100 meter kami sudah sampai. Memang top bgt deh pilihan hotel si Mang, jadinya kami tidak perlu jalan terlalu jauh. Dari 2 buah bis yang ada di lokasi, tinggal 1 bis yang masih kosong, sehingga kami semua naik ke bis tersebut bersama Sien Lie yang sudah menunggu di sana. Sambil menunggu bis penuh kami asyik foto-foto.  Dan setelah menunggu sampai bis agak penuh, sekitar 15 menit, akhirnya bis berangkat. 

Perjalanan menuju Gianyar, tempat start di  Bali Marine and Safari Park ternyata cukup jauh, hampir 20 menit perjalanan. AC bis membuat saya kedinginan dan rasanya ingin cepet sampai saja, saya juga sakit perut karena panggilan alam pagi hari. Sehingga memikirkan harus antri toilet sebelum race panjang itu bikin stress dan tambah sakit perut.
Ah, ahirnya bis kami sampai juga di lokasi. Saya berpisah dengan teman-teman karena harus mencari toilet dan untuk FM memang start lebih dulu,  jam 5 pagi. Saya segera mencari toilet dan ketika sedang antri di antrian yang lumayan panjang, ada yang memberitahu bahwa ada toilet lain di dekat penitipan barang yang tidak antri sehingga saya bergegas ke sana. Alhamdulilah, hanya antri menunggu 1 orang dan akhirnya saya berhasil mengeluarkan isi perut sehingga tidak sakit lagi. Lega banget karena semua sudah dilakukan sesuai rencana dan saya bersiap menuju garis Start. Pengumuman untuk peserta FM agar bersiap di garis start juga sudah terdengar. 

Mendekati garis Start, sudah banyak peserta FM yang berada disana. Saya melakukan pemanasan secukupnya dan segera bergabung dengan keriaan di sana. Euforia sudah sangat terasa, euforia yang hanya bisa dirasakan ketika akan start pertama kali berlari Full Marathon.  Tidak ada rasa deg-degan lagi yang ada hanya rasa pasrah menyerahkan segalanya pada Yang Di Atas, apapun yang terjadi nanti. 
Di dekat garis start saya bertemu dengan Alia, pak Lexi dan teman-teman dari geng Sembur (Sentul Pemburu), geng pelari trail di seputar bukit Sentul. Kami sibuk foto-foto dengan berbagai gaya.  Sepertinya pak Lexi  setengah tidak percaya saya berani ikut lari FM karena waktu terakhir lari bareng di Sentul itu saya termasuk pelari manja dan santai. Yang heboh kalau dideketin tawon di tengah hutan. Hehehe..  Tapi target saya kali ini hanya Finish sebelum Cut Off Time 7 jam.  So, kita lihat saja nanti, saya sudah berlatih dan tekad saya sudah bulat untuk menaklukan medan Bali Marathon apapun yang terjadi. 

Setelah pidato pembukaan, tepat pukul 5 pagi, bendera start dikibarkan dan saya bersama seluruh peserta FM segera berlari.  Saya berlari dengan pace yang cukup nyaman untuk saya, yaitu sekitar pace  7.30 sampai di km 5. Derap ayunan langkah pelari bergema di gelapnya pagi itu. Udara subuh cukup dingin tetapi badan yang berkeringat membuat udara dingin tidak terasa lagi. Beberapa fotografer di pinggir jalan bersiap mengabadikan momen-momen istimewa yang tertangkap kamera. Oh iya, di pinggir jalan sekitar tempat start banyak anak-anak yang membawa obor untuk menerangi jalanan sambil memberikan yel-yel pemberi semangat. 
Hampir saja saya melewatkan sholat subuh ketika sampai di km 5. Saya berhenti, melepas sepatu, kaos kaki dan segera mengambil wudhu untuk sholat Subuh sejenak. Setelah itu saya kembali melanjutkan lomba. Jalan sudah mulai menanjak silih berganti dengan turunan yang landai mulai mewarnai rute lari. Cuaca mulai terang tetapi udara masih cukup sejuk. Saya masih berlari dengan penuh semangat Apalagi setelah km 10, kami disambut oleh rombongan anak-anak yang membawa spanduk dan bebunyian, memberi semangat untuk para pelari. Selain itu mereka juga memberi tos kepada kami dan ketika tangan saya beradu tos,  mereka berteriak kegirangan. Terharu banget.  Momen ini lah yang membuat saya memilih Bali Marathon sebagai marathon pertama saya. Kehangatan masyarakat Bali yang mendukung terselenggaranya FM ini selama 3 tahun terakhir.

Sejak meninggalkan km 10 sampai dengan km 20, para pelari mulai memasuki jalan kecil di tengah perumahan penduduk daerah Gianyar. Di sini lalu lintas tidak 100 persen steril, mungkin karena saya termasuk pelari lambat, sudah mulai banyak motor yang bersliweran. Perut kiri saya sempat sakit tetapi saya tetap berlari dan ketika di water station berikutnya setelah saya minum air putih, rasa sakit mulai berkurang dan lama kelamaan hilang. 

Saya terus berlari hingga km 21 dimana menurut informasi ada turunan yang cukup terjal sehingga peserta disarankan untuk berjalan saja. Karena jika berlari ada kemungkinan bisa cedera karena otot kaki menahan beban berlebihan. Pemandangan sawah yang menghijau dan birunya gunung di kejauhan menghibur saya. Karena saya termasuk di bagian belakang ketika sampai di water station, yang tersedia hanya minuman isotonik.  saya yang mengira bahwa isotonik yang akan kurang, salah strategi dengan membawa bekal minuman isotonik karena ternyata malah air mineral yang kurang. Jadi ketika tiba di water station berikutnya saya mengganti bekal saya dengan air mineral. 

Setelah km 22  rute lari mulai memasuki jalan raya kembali,  betis kaki saya mulai sakit. Beruntung saya bertemu dengan tim medis yang membawa spray untuk mengatasi otot betis yang mulai kram sehingga setelah betis saya disemprot spray tersebut saya mulai bisa berlari kembali. Saya hanya berlari sejauh beberapa ratus meter dan kemudian menyambungnya dengan berjalan kaki. Saya berjalan dan  berlari bergantian sampai km 27.  

Setelah km 27, sepertinya saya mulai memasuki tahap "hit the wall" dimana saya sudah tidak bisa berlari lagi dan hanya bisa berjalan. Betis saya sudah sakit sekali dan keinginan berlari sudah tidak ada. Panas yang menyengat, membuat saya semakin malas untuk berlari, walaupun angin yang bertiup cukup sejuk. Strategi saya adalah berjalan sampai km 37 baru setelah itu akan berusaha berlari dan berjalan. Menurut endomondo, 1 km saya berjalan maksimal selama 12 menit, sehingga waktu 2 jam cukup untuk 10 km dan setelah itu 5 km terakhir saya harus berlari. Jika tidak pasti saya akan melebihi COT.

Pada 10 km saya berjalan itu, saya bertemu dengan penari-penari Bali, penari barong dan anak-anak SD sekitar yang memberi semangat.  Tetapi sayang guna mengejar waktu saya tidak sempat berhenti walau hanya untuk berfoto. Biarpun saya berjalan saya tidak boleh berhenti. Untuk tambahan energi saya memakan pisang yang disediakan panitia dan memakan Gu gel energi yang saya bawa. Ternyata bentuk Gu Gel itu mengingatkan saya akan bubur bayi cerelac, rasanya agak aneh, tapi lumayan juga sih yang rasa cappucino. 

Selama menempuh 10 km race FM dengan berjalan kaki, disini mental saya benar-benar diuji. Rasa mual dan ingin pingsan tiba-tiba muncul berganti dengan menyalahkan diri kenapa ikut FM di Bali. Kalau tau panasnya seperti ini, mendingan ikut race FM yang malem aja kayak Sundown Marathon di Singapore. Atau ikut FM di Jakarta Marathon, yang walaupun panas tapi rutenya lebih datar, tidak naik dan turun. Semakin down jika mengingat komentar orang yang menganggap saya kurang kerjaan karena nekat ikut full marathon. Hmm, iya juga sih, yang tidak menyukai olah raga lari pasti menganggap saya kurang kerjaan. Harus bayar untuk ikut lari dan ujung-ujungnya merasa tersiksa. Saya juga mulai menyalahkan diri kenapa kurang serius latihan. Saya akui memang kurang latihan long run. Dimana waktu long run pada hari minggu beberapa kali dipakai untuk ikut race lari dengan jarak pendek. Dan setelah lari malah nongkrong dan makan, bukan meneruskan lari lagi. Saya hanya sekali long run dengan jarak terjauh 25 km. Setelah itu, beberapa kali lari hanya dengan jarak 21 dan 17 K. Ikut trail run dengan jarak hanya 12 K saja.  Selain itu saya hanya menjadwalkan lari seminggu 2 atau 3 kali, 1 kali lathian lari jarak biasa di GBK Senayan dan long run di hari Minggu itu. Latihan di GBK pun paling banyak, hanya 5 atau 7 K dan 1 kali 10 K. Satu hari latihan lain saya pakai dengan  latihan penguatan di Gym. Apalagi waktu bulan puasa, saya hanya latihan lari di treadmil sejauh 5 K seminggu sekali. Keyakinan saya bisa finish FM ini hanya karena saya mempunyai endurance yang kuat dan telah mempunyai pengalaman olahraga dan latihan di gym selama beberapa tahun. 
Tapi sepertinya keyakinan saya tidak cukup, karena kali ini untuk memulai berlari saja saya sudah tidak bisa.

Ketika saya dalam tahap fase menyalahkan diri sendiri, sambil terus berjalan, saya bertemu dengan seorang gadis berbaju pramuka, dia berdiri sendiri di pinggir jalan. Ketika melihat saya tengah berjalan, (pasti muka saya BT banget deh) dia spontan bertanya,”masih kuat mbak, apa perlu saya antar?” Saya hanya berjalan sambil menggeleng lemah. 
Sepertinya di titik ini saya mulai menemukan semangat saya kembali. Dalam hati saya menjawab, saya masih kuat kok, tidak perlu diantar. Semua orang yang  saya kenal, yang telah melakukan FM sebelumnya, telah menyemangati saya, yakin kalau saya bisa finish dibawah COT masak saya nggak yakin akan diri saya sendiri? Malu dong kalau sudah jauh-jauh ke Bali ternyata pulang nggak bawa medali. Apa kata keluarga dan teman-teman? Apa kata Dessy dan  Mang yang sudah menemani saya selama di Bali dan saat ini pasti sedang menunggu saya di garis finish. SMS pemberi semangat dari teman saya mengatakan saya pasti bisa finish. Iya, saya pasti bisa finish tapi dia tau nggak ya, kalau ada batas COTnya. Saya harus finish dibawah 7 jam. Pepatah, pain is temporary, pride is forever segera teringat. Mengembalikan semangat saya sedikit demi sedikit.

Memasuki km 37 saya harus mulai berlari jika tidak ingin terlambat. Karena saya sendirian, untuk memotivasi agar saya bisa berlari lebih cepat, saya beranikan diri bergabung dengan grup pasangan 4 orang yang sedang berlari di depan saya. Sepertinya ada yang cedera sehingga mereka juga berjalan kaki. "Mbak, boleh barengan ya... saya sakit banget kakinya..  Oh boleh, mba cedera ya? Nggak sih, cuma sakit aja betisnya. Ternyata kelompok lari ini adalah grup lari TCR, dari Tangerang.  Jadilah saya akhirnya bergabung dengan grup ini selama beberapa saat.  
Cowok satu lagi yang posisinya agak di depan, mengajak kami untuk berlari karena kalau tidak lari pasti tidak sampai sebelum COT. "Ayo Ci, semangat. Yaah, saya dipanggil cici. Serasa lagi belanja di Glodok. hehe.. sambil tersenyum dalam hati. Si Koko ini cukup baik, selalu memberi semangat saya untuk terus berlari. Malah menawarkan untuk finish bersama-sama sambil bergandengan tangan. “Nanti cicinya di tengah” Haduh... kayaknya nggak pantes banget ya, emak-emak gini, finish FM ala anak muda. Ini aja masih stress mikirin biar bisa lari terus sampai finish. Berkat lari bareng grup ini, semangat saya mulai muncul lagi dan memutuskan untuk berlari lebih dulu.  Pasti nantinya mereka bisa menyusul saya, karena saya masih lambat larinya. Sebelum meneruskan lari duluan, saya pamitan sama si koko dan mengucapkan terima kasih.

Memasuki km 40, saya bertemu dengan Mak Del, seorang pelari senior yang berlari dari arah yang berlawanan. Saya senang sekali melihatnya, dan secara spontan meminta tolong. Dalam hati bingung juga, minta tolong apa ya.. Mak Del hanya mengatakan untuk tetap semangat karena sebentar lagi sudah finish.  Dengan tenaga yang tersisa saya berlari lagi karena waktu COT sudah semakin dekat. Saya berlari sambil membayangkan ada mobil COT yang mengejar-ngejar di belakang saya, supaya semangat. Padahal sih nggak ada mobil COT sama sekali, kalau pun ada kendaraan yang evakuasi, mungkin berupa motor, karena jalannya kecil.

Tiba-tiba, saya mendengar Mak Del memanggil, beliau sudah ada di sebelah saya dan mengajak berlari bersama alias menjadi pacer. “Ayo semangat, sebentar lagi finish” kata Mak Del. Ayunan langkah kaki saya semakin cepat megikuti langkah Mak Del dan ajaib tiba-tiba kaki saya tidak sakit lagi dan bisa berlari lebih cepat. Akhirnya setelah belok kiri gerbang garis Finish tampak juga, “Waktu sudah tinggal 10 menit lagi” Mak Del berteriak mengingatkan kepada semua peserta yang hendak memasuki garis finish. Tampak dua orang pelari perempuan juga sama susah payahnya seperti saya berlari berjuang menuju garis finish. Dan setelah berjuang dengan sekuat tenaga akhirnya saya berhasil juga menyentuh garis Finish.  
Segala macam perasaan bercampur aduk saat itu, antara senang, stress, haru dan lega bercampur jadi satu. Masih dengan tatapan kosong setengah tidak percaya, saya melihat Dessy dengan wajah gembira memberi selamat, begitu juga si Mang.  Tidak sampai pingsan, tetapi saya merasa kaki saya tiba-tiba lemas, rasanya lega luar biasa. Panas matahari Bali tepat jam 12 siang sudah tidak terasa lagi. Walaupun betis terasa sakit tetapi saya masih bisa berjalan untuk mengambil medali, kaos finisher, pisang dan minuman. Barulah rasa senang dan bangga melanda, akhirnya berhasil finish Full Marathon di Bali pada umur 40 tahun. Salah satu resolusi saya di tahun 2014 ini telah tercapai. 

Ternyata setelah hasil race keluar, saya berhasil finish 7 menit sebelum COT alias 6.53. OMG. Nyaris saja saya kena COT. Dan Mak Del yang tiba-tiba datang dari depan itu, ternyata beliau sedang berlari meneruskan FM nya supaya genap 53 km, lari dalam rangka ulang tahunnya yang ke 53. Beruntunglah saya bertemu dengannya karena saya bisa finish FM lebih cepat. Kalau tidak, ah...saya nggak berani membayangkannya. Walaupun mungkin finish lebih dari 7 jam dan tetap diberi medali serta kaos finisher tapi tetap saja,  pasti rasanya berbeda dengan finish dibawah  cut off time.
Sepanjang perjalanan saya tidak sempat berhenti untuk sekedar foto-foto, jadi jika ingin melihat suasana Bali Marathon bisa mampir ke link ini : .https://plus.google.com/photos/114327633835450638770/albums  atau ke website Bali Marathon



Bersama tim TCR, thanks ya..


Catatan :
Setelah kemarin mengamati acara lari Jakarta Marathon, saya  ternyata tidak jadi menyesal memilih first Full Marathon di Bali. Yah, anggap saja itu hanya penyesalan sesaat karena sedang terserang mental block sewaktu berada di tengah panasnya udara Bali. Jika mengikuti FM di Jakarta memang biaya lebih murah karena tidak perlu membayar biaya pesawat dan akomodasi lainnya. Tetapi, alasan sebenarnya saya memilih FM di Bali, supaya bisa sekalian liburan.  Apalagi kemarin setelah race, saya istirahat total sehingga keesokan harinya badan saya sudah segar kembali dan bisa liburan di pantai Pandawa yang cantik.
Jadi, tahun depan, target FM dimana lagi ya... sepertinya Bromo Marathon boleh dicoba nih, sekalian liburan lagi pastinya. Dan, harus lebih serius latihan supaya hasilnya maksimal dan tidak menderita lagi.