Monday 30 November 2009

Travelling To Solo - Day 3




Tidak ada waktu bermalas-malasan dan bangun siang… jam 7 sudah start dari Karanganyar dan menuju tempat sarapan di Tahu Kupat Solikhin. Seporsi tahu dan dan potongan ketupat dengan guyuran kuah kecap encer dengan tingkat manis yang pas. Punya saya pedas, jadi pedas dan manis yang nikmat.
Jangan melewatkan mencicipi dawet Pasar Gede yang kondang itu serta eksplore pasar untuk mencari makanan-makanan tradisional yang lain. Dengan bahasa jawa yang pas-pasan untuk bertanya kepada mbok-mbok penjual sayuran di pasar, akhirnya saya menemukan juga penjual brambang Asem yang dijual dengan harga 2000 1 porsi. Untuk gatot dan tiwul lengkap juga Cuma 2000 rupiah saja. Brambang asem adalah daun ubi jalar dengan lauk tempe gembus dan dimakan dengan sambal khas yang berwarna coklat encer dan rasanya agak manis.
Ada kejadian lucu di sini, ketika beli teh nyapu titipan teman, nanyanya sih bisa pake bahasa jawa halus, ketika di jawab dengan angka rupiah berbahasa jawa halus, mulai deh… kebingungan. Dodol banget pokoknya. Mana teman-teman tidak ada yang orang jawa kecuali saya… hehehe… gangsalwelas aja nggak tau nih… lain kali mesti ngafalin dulu ah..
Banyak sekali tukang jual dawet di pasar Gede ini, tetapi yang paling terkenal adalah Dawet Telasih Bu Dermi, lokasinya di dekat pintu belakang pasar. Tempatnya memang yang paling ramai diantara penjual dawet yang lain. Untung sewaktu saya datang, satu-satunya kursi kayu yang tersedia masih kosong, jadilah kami bisa menikmati dawet sambil agak santai.
Isi es Dawet ini terdiri dari bubur jenang, bubur sumsum, bubur ketan hitam, tape ketan, cendol dan biji telasih, dengan kuah santan kental dan encer serta gula merah yang pas manisnya.
Setelah puas ngubek-ngubek pasar Gede, perjalanan dilanjutkan dengan becak ke PGS alias Pusat Grosir Solo. Disini banyak dijual aneka macam batik dari berbagai corak dan harga, pastinya batik printing yang murah meriah.
Pada waktu malam di depan PGS terdapat pusat wisata kuliner atau terkenal dengan nama Gladak Langen Bogan yang merupakan kumpulan makanan-makanan tradisional khas Solo. Jadi kalau tidak sempat makan di lokasi aslinya bisa datang ke tempat ini, dijamin puas.
Setelah puas belanja-belanja di sini, kami menuju kraton solo dengan naik becak . Wah, ternyata alun-alun di depan keratin terlihat ramai sekali, karena ada acara sepeda gembira dan panggung.pertunjukkan.
Kami tidak terlalu lama di dalam Keraton, hanya memutari bangunan utama yang terdapat barang-barang koleksi keratin seperti kereta kerajaan, guci antik, koleksi senjata, dan lain-lain. Di halaman tengah keraton terdapat sumber air tempat lokasi bertapa yang airnya, konon disucikan. Bisa diminum atau dipakai cuci muka.
Puas berkeliling keraton, hari sudah siang dan cuaca kota Solo sedang terik-teriknya, saatnya makan siang, walau perut sepertinya tidak terlalu lapar tapi tetap harus diisi dan tujuan kuliner kami pada hari terakhir di Solo, ini adalah Pecel Solo.Dengan suasana interior yang bernuansa tempo dulu dengan susunan lauk-pauk di wadah yang terbuat dari tanah liat, mirip-mirip dengan resto Mbah Jingkrak di Jakarta. Pembeli tinggal memilih lauk-pauk yang tersedia. Pecelnya sendiri bisa memilih memakai nasi putih atau merah dengan pilihan sambel pecel atau sambel tumpang. Minumannya saya memilih es kelapa muda. Es puternya juga enak, lembut membelai lidah dengan campuran potongan agar-agar dan nangka.
Ternyata pecel solo belum menuntaskan wisata kuliner hari terakhir di solo, the must visit place to eat adalah mie toprak Yu Nani. Mie toprak ini bukan ketoprak seperti yang kita kenal di Jakarta dengan bumbu kacang, tetapi sejenis soto mie, dengan kuah daging yang bening dan isiannya adalah potongan daging, tempe, mie kuning, sosis solo dan irisan kol, ditaburi kacang dan remasan karak. Wih, kuahnya seger bangettttt…dengan rasa yang tiada duanya. Karena sudah kenyang terpaksa 1 mangkok berdua. Dilema antara pengen makan lagi tapi perut sudah kenyang, jadi hanya bisa berharap lain kali bisa ke sini lagi dengan keadaan lapar berat. Supaya puas makannya.
Abon Varia tutup pada hari Minggu dan tidak sempat ke toko Orion, sehingga kami hanya singgah membeli oleh-oleh di toko Pak Mesran, setelah itu mampir ke kompleks batik Laweyan, dan segera menuju bandara untuk meninggalkan kota Solo. Walaupun lagi-lagi terlambat tetapi pesawat yang dipakai jenis baru sehingga cukup nyaman, apalagi badan sudah capek karena jalan-jalan terus. Setidaknya perjalanan pulang bisa dipakai untuk sedikit beristirahat
Pasti akan kembali di lain waktu karena masih banyak tempat yang belum sempat didatangi dan rekomendasi tempat makan yang belum dicoba.
Tahu Kupat Solikhin – Jl. Gajah Mada 95, Solo
Pecel Solo – Tempp Doeloe, Jl Prof Supomo No 55, Mangkubumben, Solo, 0271-737379
Mie Toprak Yu Nani Jl Pandu Dewonoto, Kartopuran, Solo

Sunday 29 November 2009

Travelling to Solo - Day 2




Bangun pagi di saat subuh dan menunggu terbitnya matahari , wah…pemandangan indah terhampar sejauh mata memandang. Rimbunnya hutan pinus dengan pemandangan gunung di kejauhan, rumah-rumah penduduk dan lembah yang hijau, membuat kami semua melupakan kejenuhan bekerja selama ini. Sambil menikmati sarapan nasi goreng dengan teh manis hangat, lengkap lah sudah kenikmatan liburan kali ini.
Sebenarnya terdapat fasilitas Flying Fox dan mobil ATV tetapi kami tidak dapat menikmati, harus buru-buru check out karena hari ini daftar tempat yang harus dikunjungi lumayan padat.
Obyek wisata yang di Tawangmangu yang terkenal adalah Air Terjun Grojogan Sewu. Saya terakhir kesini sekitar 15 tahun yang lalu ketika masih SD. Dan ternyata relative tidak banyak yang berubah. Masih asri dengan rimbunan pepohonan dan tangga turun ke area air terjun yang panjang dan melelahkan. Sempat mencoba naik kuda karena terlanjur parkir di area yang salah, sehingga masih agak jauh ke pintu masuk dan harus naik kuda. Padahal sih kalau mobil mau parkir di depan pintu masuk juga bisa. Harga tiket masuk 6000 per orang.
Banyak sekali monyet-monyet berkeliaran dan walau jinak, kalau tidak hati-hati bisa saja dikejar kalau kita deket-dekat ingin berfoto bareng, contohnya ya saya ini…. Dua kali dikejar monyet yang merasa terganggu karena yang ngajak foto gayanya heboh banget. Hehe… Sebelumnya saya juga pernah hampir disosor soang ketika hendak berfoto bersama.
Air terjunnya lumayan tinggi dan deras airnya… dan setelah berfoto-foto, kami menikmati sate kelinci sambil duduk lesehan di tengah rimbunnya pepohonan. Sambil tetap awas, karena monyet2 nakal itu mengincar sandal untuk dibawa kabur.
Sate kelinci 10 tusuk ditebus dengan harga hanya 7000 rupiah saja, rasanya seperti daging ayam tapi lebih lembut seratnya. Sambil makan sate ini jangan memikirkan kelinci yang lucu dan menggemaskan itu ya, bisa nggak enak makan.
Griyo Kulo adalah tujuan makan siang hari ini, tempat makan bernuansa alam, minimalis, dengan sungai deras yang mengalir di bawah pondokan yang kami pilih dan pemandangan hijaunya pepohonan. Makanan di sini dimasak dengan kayu bakar dan tanpa penambahan MSG. Hanya ada dua pilihan paket, untuk 2-4 orang dan 4-6 orang.
Menunya sudah dintentukan, minuman pembuka, pilihan antara beras kencur dan kunyit asam. Berikutnya teh sereh, jahe dan teh poci. Appetizernya ubi ungu, talas, singkong goreng dan pisang goreng. Selanjutnya berturut2 dihidangkan dalam 1 nampan besar lauk-pauk, berupa, ayam goreng, tempe goreng, tahu goreng, ikan wader goreng, serta tempe penyet. Sayurannya adalah trancam dan urap. Serta daun poh-pohan. Semuanya dalam porsi yang berlimpah sehingga masih banyak sisa untuk dibawa pulang.
Sayang tidak disediakan bantal-bantal besar sehingga kami bisa tiduran dengan lebih nyaman sambil menunggu masakan siap yang lumayan lama. Di sini tidak tersedia listrik sehingga kalau malam makan dengan ditemani sinar lampu. Griyo Kulo ini juga menerima paket outbound, wisata alam dan agro wisata serta sekolah alam.
Berikutnya, tujuan wisata sejarah, mengunjungi komples candi Sukuh dan Cetho yang terletak di lereng gunung Lawu.
Candi Sukuh merupakan candi Hindu dan terletak di lereng gunung Lawu dan terkenal sebagai candi kesuburan karena ada lambang lingga dan yoni yang melambangkan alat kelamin pria dan wanita. Ditemukan pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta, yang melakukan penelitian atas penugasan Thomas Stanford Raffles, untuk melengkapi data-data buku yang ditulisnya, History of Java.
Terdapat tiga bagian bangunan pada komples candi ini, bagian pertama yaitu gapura utama atau disebut gapura buta abara wong dimana di sinilah terletak lambang lingga yoni tersebut. Bagian kedua berupa teras dengan gapura yang sudah tidak utuh lagi dengan beberapa patung-patung. Sedangkan pada teras ketiga terdapat pelataran besar dengan candi induk yang dihiasi relief-relief. Untuk menuju ke atas pelataran candi harus melalui tangga yang lumayan tinggi dan curam. Menurut info dr mr google, bentuk candi ini sekilas menyerupai bangunan suku Maya di Meksiko atau Suku Inca di Peru.Karena pada saat candi tersebut dibuat masa kejayaan Hindu sudah mulai berakhir dan budaya asli Indonesia jaman megalitik mulai tampak lagi.
Sewaktu kami ke sini, kompleks candi sepi sekali, tidak tampak ada pengunjung lain, maklum hari sudah menjelang sore dan untuk menuju ke sini tampaknya memang harus memakai kendaraan pribadi.Sebenarnya terdapat jasa pemandu, tetapi kami tidak memakainya. Karena demi kepraktisan dan kami tidak lama di sini.
Candi Cetho terletak lebih tinggi lagi dari Candi Sukuh, dan perjalana ke sana memakan waktu sekitar 30 menit dengan melalui jalan yang berkelok-kelok dengan pemandangan pegunungan yang indah. Pada Candi ini, terdapat 13 teras yang semuanya harus dilalui dengan menanjak alias naik tangga. Kebayang bakal capek luar biasa tetapi karena udara pegunungan yang sejuk dan kompleks candi yang indah serta penuh misteri, kami tetap semangat mengeksplorenya. Bentuk bangunan candi ini mempunyai kesamaan dengan Candi Sukuh yang dibangun berteras sehingga mengingatkan akan bentuk punden berundak pada jaman prasejarah. Menurut keterangan yang terdapat di dalam candi, pernah dilakukan pemugaran atas candi ini tanpa memperhatikan konsep arkeologi sehingga hasilnya tidak dapat dipertanggunjawabkan secara ilmiah.Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1842 oleh Van der Vils dan diteliti lebih lanjut oleh Dinas Purbakala pada tahun 1928. Di bagian timur candi terdapat Arca Dewi Saraswati yang merupakan sumbangan dari Kabupaten Gianyar di Bali, untuk upacara bagi penganut agama Hindu.O iya, sebenarnya ada candi lain yang bernama Candi Ketehk (kera dalam bahasa jawa) tetapi karena kami sudah lelah dan menurut pengunjung lain letaknya masih agak jauh kami tidak kesana.
Dibandingkan Candi Sukuh, masih terdapat beberapa pengunjung lain yang tampak di lokasi ini. Malah di pelataran candi terdapat beberpa orang sedang beristirahat setelah mengadakan upacara.
Setelah puas mengeksplore candi, tanpa diduga ada ide dari Ibu, untuk mampir ke Astana Giribangun, yap, makam mantan presiden RI yang paling lama berkuasa, Soeharto. Karena dilewati dalam perjalanan pulang ke Solo. Walau ada halangan dengan adanya jembatan penghubung yang rusak, ada jalan memutar yang bisa dilalui. Beruntung ibu mengetahui jalan-jalannya sehingga tidak perlu mengangkut penduduk sekitar yang menawarkan jasa sebagai penunjuk jalan.
Sampai Astana Giribangun hari sudah sore, sehingga kami tidak berlama-lama. Kompleks makam terletak di dalam bangunan yang luas. Untuk keturunan keluarga almarhum ibu Tien makam terletak di dalam bangunan, yaitu makan pak Harto, bu Tien serta orang tuanya, dan kakak dari Ibu Tien yang sudah lebih dulu meninggal (menikah dengan Andi Mapaodang dari Makassar). Di luar bangunan sudah di berikan tempat untuk anak-anak almarhum beserta pasangannya. Jadi seperti kata penjaganya, belum ketauan mbak, nanti pasangannya Mas Tommy atau Mas Bambang siapa… halah… bisa aja nih si bapak.
Sewaktu kami ke sana berbarengan dengan satu rombongan yang sedang mengadakan doa bersama di depan makam, sehingga tidak bisa berfoto-foto dengan leluasa.
Setelah puas foto2 kami pun melanjutkan perjalanan pulang. O iya, di halaman parkir ada bangunan khusus tempat penjualan souvenir khas Astana Giribangun, dan yang dijual pastilah segala sesuatu yang berbau Suharto. Seperti kaos bergambar pasangan Pak Harto dan Ibu Tien, serta poster-poster besar Pak Harto.
Sampai daerah Karanganyar hari sudah malam, untuk untuk menghemat, kami menginap di rumah ibu di sini. Karanganyar merupakan kota Kabupaten dengan jarak sekitar 30 menit dari pusat kota Solo. Tetapi jarak tidak menghalangi kami untuk ber wisata kuliner lagi, dan malam itu menu makan malam kami adalah Nasi Liwet Wongso Lemu yang kondang itu. Nasi Liwet bu Wongso yang kami kunjungi adalah yang ada sindennya di luar tempat makan. Kami memilih tempat duduk tepat di depan tempat mbak-mbaknya meracik nasi liwet, jadi aktivitas meracik nasi tampak jelas. Nasi Liwet adalah nasi gurih dengan lauk sayur labu, potongan telur pindang, suwiran ayam, ditambah areh dari santan kental. Malam minggu menjadikan tempat tersebut ramai dan mengundang pertanyaan teman saya, makannya pada lahap-lahap ya, mbak… hehe… Minumnya wedang dongo, air jahe dengan bulatan-bulatan ketan dengan isian kacang hijau yang legit.
Sebenernya masih banyak penjual nasi liwet lain yang tidak kalah enak dengan bu Wongso Lemu ini, tetapi memang beliau yang paling kondang, jadi banyak tamu luar kota yang di bawa ke sini so berdampaklah pada harga makanannya yang menjadi lebih mahal.
Pulangnya mampir beli susu murni Si Jack, rasa kopi dan coklat untuk dibungkus. Huhu…capek dan senang jadi satu… kaki pegal karena naik tangga ke candi Cetho tadi siang, tetapi masih ada satu hari lagi untuk menikmati kota solo dan untuk belanja pastinya.
Nasi Liwet Wongso Lemu – Jl Slamet Riyadi, Solo
Susu Murni Si Jack -
Griyo Kulo - Tawangmangu

Wednesday 25 November 2009

Travelling to Solo - Day 1




Awal perjalanan ke Solo kali ini berjalan kurang lancar. Setelah keberangkatan pesawat terlambat sekitar 15 menit, akhirnya para penumpang dipersilahkan naik. Tetapi setelah para penumpang sudah duduk manis di pesawat dan pilot sudah mengumumkan persiapan terbang, tiba-tiba tidak ada tanda-tanda pesawat akan terbang. Kami dibiarkan saja duduk di pesawat agak lama dengan sejuta pertanyaan, ditambah BT karena udara di kabin yang panas. Ini sih nggak ada bedanya pesawat dengan Metro Mini.
Kejadian selanjutnya lebih bikin BT lagi, para penumpang dipersilakan turun untuk ganti pesawat karena ada masalah administrasi. Walah, itu sih bahasa halus dari ada masalah di mesin pesawat kaliii…. Huh payah nih.. Tapi yah, apa boleh buat dari pada pesawat sudah terlanjur di atas dan tiba-tiba jatuh, lebih parah lagi..
Alhasil, kami menunggu lagi di ruang tunggu, yang menurut penjelasan bisa sekitar 1 jam lagi baru bisa terbang, nasib..nasib…Sebagai kompensasi diberikan sarapan berupa nasi kotak. Tetapi, lumayanlah, tidak sampai 1 jam, kami sudah bisa naik kembali ke pesawat. Karena peswat pengganti lebih kecil ada beberapa penumpang yang tempat duduknya terpaksa pindah dan ini mengundang omelan lagi, biasalah… kekecewaan penumpang…
Perjalanan ke solo kali ini memang mengecewakan, setelah kejadian ganti pesawat, saya kebagian duduk paling belakang, dengan pesawat DC 9 yang kecil dan bagian belakang itu dekat mesin, jadilah… sepanjang perjalanan ditemani keributan suara mesin dan tidak bisa melihat ke luar jendela pula karena jendelanya ketutupan. Mati gaya selama sekitar 55 menit perjalanan, dari baca buku, tidur, ngobrol dan bengong.
Finally, tepat jam 11 siang kami sampai dengan selamat di Bandara Adi Sumarmo Solo. Bandaranya ternyata baru direnovasi, jadi sudah lebih nyaman dari terakhir saya ke sini 3 tahun lalu.
Perjalanan yang lumayan mengecewakan, terlupakan setelah menelusuri jalan-jalan kota Solo, menuju pemberhentian pertama untuk makan di Timlo Sastro, Pasar Gede. Kuah Timlo yang segar dengan isiannya yag komplit, ada ati ampela, sosis ayam, kembang tahu, telur pindang dan daging ayam, membuat perut kenyang dan hati senang. Apalagi ditutup dengan minum es beras kencur. Yang unik, penghitungan pembayaran dilakukan pelayan dengan menggunakan papan tulis kecil dan kapur alias sabak.
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta, dan singgah ke Pantai Parangtritis, mampir dulu membeli sate kere Yu Rebi. Udah penasaran pengen coba sate yang terbuat dari tempe gembus ini, bumbu kacangnya agak manis, dengan wangi daun jeruk yang segar. Selain sate tempe, ada juga sate jerohan. 1 porsi 18 ribu rupiah isi 10 tusuk sate dengan potongan tempe yang besar-besar.
Dalam perjalanan ke Yogya, di jalan raya Yogya Solo, kami mampir ke warung yang menjual es dawet. Dawetnya memakai ketan putih dan rasanya pas, tidak terlalu manis. Seger banget. Penjualnya hanya berupa kedai seadanya saja, tetapi yang beli silih berganti, tidak pernah sepi. Satu gelas hanya 2000 rupiah sajah.
Akhirnya setelah kurang lebih 1 jam perjalanan, sampailah kami di Pantai Parangtritis. Sewa delman untuk menyurusuri pantai sampe ke dekat tebing di ujung pantai untuk foto-foto dan setelah itu balik lagi ke solo….
Sampai Solo, hari sudah malah, waktunya makan malam dan tujuannya adalah wedangan pak Wiryo. Di sini menunya banyak,selain nasi kucing yang imut-imut, ada jadah dengan berbagai lauk yang bisa dipilih sesuka hati. Ada uritan, burung dara goreng, tempe dan tahu goreng, pokoknya banyaaak. Minumnya saya memilih es jahe coklat.
Setelah perut kenyang, dari siang emang udah kenyang dan sekarang udah full banget … perjalanan dilanjutkan lagi ke Tawangmangu, untuk menginap di sana, di kompleks penginapan yang bernama Griya Gayatri. Pondok-pondok penginapannya terbuat dari bambu, karena memang penginapan ini didesain untuk outbound. Tetapi fasilitas lumayan lengkap. Ada TV dan air panasnya kok, serta minuman teh dan kopi serta sarapan pagi.

Timlo Sastro – Pojok Timur Pasar Gede, Solo telp 0271-654820, buka – 6.00 – 16.00
Sate Kere Yu Rebi, Jl Kebangkitan Nasional No. 1-2, Sriwedari, Belakang Stadion Sriwedari, Telp 0271-739839
Wedangan Pak Wiryo Jl. Perintis Kemerdekaan 25, Solo
Griya Gayatri - Sekipan, Kalisoro, Tawangmangu, Karanganyar. 0271-696006
www.griyagayatri.com

Saturday 14 November 2009

Mie Keriting Benhil

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:Depan BCA Benhil
Sudah sejak bulan puasa ada gerobak mie ayam baru, mangkal di depan BCA Benhil. Pagi-pagi sudah ada dan baru tutup setelah malam.
Walaupun hampir setiap hari lewat, akhirnya baru di suatu pagi sebelum berangkat ke kantor, mampir di gerobaknya yang menyediakan bangku panjang untuk pengunjung makan di tempat.
Mie ayam datang dengan porsi lumayan besar, dengan taburan daging ayam cincang yang cukup banyak, beserta bakso dan pangsit rebus. Sayang sekali, pangsit goreng tidak tersedia. Rasanya lumayanlah.
Setelah sedikit bertanya-tanya dengan penjualnya, ternyata ini adalah mie ayam pindahan dari depan ruko benhil dekat jl sudirman. Pantas aja tidak terlalu asing dengan bentuk mienya yang tipis dan lembut. Ini kan langganan waktu masih di kantor lama dulu, yang sekarang menjadi samporna strategic. hehe... oh iya, hari minggu sebelumnya sempet nyoba beli dan ternyata jam 3 sore sudah habis.
Harganya 11 ribu termasuk 2 butir bakso dan 2 pangsit rebus. Agak mahal ya?

Monday 2 November 2009

Canton Bay




Makan di Canton Bay, Plaza Senayan. Tempatnya di seberang supermarket Hero, satu lantai di bawah Metro. Kelihatannya setiap kali mau makan ke sini kok selalu penuh jadi penasaran juga pengen nyoba.
Yang dipesan : Tiga Kombinasi BBQ, Kailan Hongkong Saus Tiram, Nasi Goreng Ayam saus XO, Tahu Canton dan Scallop Tim Tausi.
Hmm, ternyata secara rasa tidak ada yang luar biasa kok, masih termasuk kategori std saja alias standard.

Sunday 1 November 2009

Film Astro Boy

Hari sabtu kemaren gw capek banget. Ada acara dari pagi, sampai rumah jam 13.30, tidur sampai jam 16.30 trus pergi lagi. Makan di resto Olive di Cikajang, lanjut ke acara GenFest di Plaza Selatan Senayan, dan akhirnya ke Plaza Senayan, janjian sama teman beserta keluarga yang anaknya sebaya Raiyan. Rencananya sehabis makan mau nonton.
Pagi tadi sempat melihat ada film Astro Boy di koran, dan ternyata memang sudah main di PS tetapi midnite, jam 23.30 malem, berhubung sudah janji sama anak-anak kalau mau nonton tiket tetap dibeli walaupun masih lama.
Heran juga, film semua umur tapi diputer midnite, film kartun pula. Mungkin memang semua film harus melalui prosedur diputer midnite dulu kali ya...
Setelah sempet pesimis bakal tidur sewaktu film diputar, ternyata dari awal sampai akhir film Astro Boy ini lumayan menghibur. Tentang seorang ilmuwan yang kehilangan anaknya sewaku percobaan pembuatan robot dan membuat replika anaknya itu ke dalam wujud sebuah robot dengan kekuatan super. Robot memang berbeda dengan manusia, ketika menyadari bahwa robot tersebut, yang dinamakan sama dengan nama anaknya, Toby, berbeda dengan anaknya, sang ilmuwan mengusirnya dan mulailah petualangan Toby yang berubah namanya menjadi Astro. Robot yang mempunyai naluri seperti manusia, tidak hanya sekedar mesin yang bisa diperintah tetapi juga mempunyai hati dan perasaan yang bahkan bisa melebihi manusia.
Banyak adegan seru di film ini seperti pertarungan antara para robot serta perlawanan Astro Boy ketika hendak ditangkap oleh presiden yang menginginkan energi yang ada di tubuhnya. Ada pula adegan yang lucu dan mengharukan. Film yang sangat recommended untuk ditonton.
Astro Boy ini adalah film kartun yang berasal dari Jepang, dan untuk film animasi layar lebar ini diperkuat oleh bintang-bintang terkenal sebagai pengisi suaranya, mulai dari Samuel L Jackson, Nicolas Cage dan Donald Sutherland.